OUTCOME PASIEN POST STROKE HYPERGLYCEMIA TANPA TERAPI ANTIHIPERGLIKEMIA
Abstract
Poststroke Hyperglycemia (PSH) merupakan kejadian peningkatan kadar gula darah yang signifikan setelah terjadinya serangan stroke. Kejadian PSH telah diketahui dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi pasien. Saat ini rekomendasi terapi untuk pasien PSH adalah terapi berbasis insulin. Namun pendekatan di klinik pada kenyataannya masih berbeda – beda, salah satunya adalah tidak diberikannya terapi antihiperglikemia pada pasien-pasien tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran outcome pada pasien PSH yang tidak mendapatkan terapi antihiperglikemia di rumah sakit.
Penelitian ini menggunakan rancangan non eksperimental secara deskriptif-analitik. Data diperoleh secara retrospektif dengan menelusuri rekam medik pasien stroke yang dirawat inap pada periode Oktober 2011 – Oktober 2012 di sebuah rumah sakit swasta di Yogyakarta. Pasien dinyatakan mengalami PSH jika kadar gula darah pasien saat masuk rumah sakit ≥140 mg/dL. Pasien PSH dikelompokkan berdasarkan riwayat Diabetes Mellitus (DM) sebelum stroke. Analisis dilakukan terhadap outcome pasien PSH yang tidak diberikan terapi antihiperglikemia berupa kadar gula darah pasien setelah ± 24 jam di rumah sakit dan kondisi pasien di akhir perawatan di rumah sakit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (96,88%) pasien PSH yang tidak mendapatkan terapi antihiperglikemia adalah pasien tanpa riwayat DM dengan baseline kadar gula darah saat masuk rumah sakit berada pada rentang 140 – 180 mg/dL (71,88%). Gambaran kadar gula darah setelah ± 24 jam perawatan memperlihatkan bahwa 55,38% pasien tidak terekam kadar gula darahnya sementara 33,85% mengalami penurunan dan sisanya 10,77% mengalami peningkatan kadar gula darah. Kondisi pasien di akhir perawatan sebagian besar membaik (68,75%), namun terdapat 29,69% pasien yang meninggal selama perawatan. Outcome yang beragam pada pasien PSH perlu menjadi perhatian khususnya oleh para klinisi agar kadar gula darah pasien dapat terekam dengan jelas selama fase akut stroke di rumah sakit untuk mengambil keputusan yang tepat terkait terapi pasien. Hal ini untuk menghindari dampak buruk dari kondisi hiperglikemia (termasuk tingkatan hiperglikemia ringan) pada pasien stroke.