PENGARUH FAKTOR MAKROEKONOMI DAERAH TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH BANK UMUM SYARIAH DI 6 PROVINSI PULAU JAWA
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gejala makroekonomi
terhadap pembiayaan bermasalah pada Bank Umum Syariah di 6 provinsi pulau
Jawa serta untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan dalam
mempengaruhi NPF di masing-masing 6 Provinsi pulau Jawa (Banten, DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur).
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparasi dan memiliki lima
variabel yaitu Non Performing Finance, Inflasi, Produk Domestik Regional Bruto,
Indeks Pembangunan Manusia, dan Upah Minimum Provinsi. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diambil
dari pihak lain (organisasi atau lembaga) atau merupakan data yang sudah diolah
secara berkala. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan
analisis Vector Autoregression (VAR). Metodelogi VAR dikembangkan oleh
Christopher A. Sims dengan mempertimbangkan meminimalisir pendekatan teori
agar mampu menangkap fenomena ekonomi dengan baik sehingga diasumsikan
semua variabel yang digunakan adalah dependen. Tahapan-tahapan yang dilakukan
untuk menganalisis dalam menggunakan metode VAR: Uji Stasioneritas, Uji
Kointegrasi, Uji Lag Optimal, Estimasi VAR / VECM meliputi Analisis Impulse
Respone dan Analisis Variance Decomposition.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari analisis Impulse Response
Function (IRF) pada pembiayaan bermasalah di Bank Umum Syariah pulau Jawa
menunjukkan bahwa tidak semua NPF di 6 provinsi pulau Jawa merespon positif
terhadap guncangan inflasi, produk domestik bruto, indeks pembangunan manusia,
dan upah minimum provinsi. Seperti inflasi, hanya provinsi Banten, DKI Jakarta
dan DI Yogyakarta saja yang merespon positif. Kemudian guncangan produk
domestik bruto juga hanya direspon positif oleh provinsi DKI Jakarta dan Jawa
Barat. Untuk guncangan indeks pembangunan manusia dan upah minimum provinsi
hanya satu provinsi saja yang merespon negatif yaitu provinsi DI Yogyakarta. Dan
dari hasil analisis Variance Decomposition pada NPF menjelaskan bahwa
kontribusi utama pada perilaku NPF di semua 6 provinsi pulau Jawa dipengaruhi
oleh upah minimum provinsi, kemudian diikuti oleh indeks pembangunan manusia,
produk domestik regional bruto, dan terakhir adalah inflasi.