dc.description.abstract | Sungai progo adalah sungai yang anak - anak sungainya berhulu di
daerah gunung api. Sebab itu tingkat agradasi atau degradasi di sungai ini cukup
tinggi. Proses erosi dan sedimentasi akan berpengaruh terhadap kestabilan
konstruksi yang ada pada aliran sungai tersebut. Memperhatikan kondisi
tersebut, guna mengetahui potensi kerusakan yang diakibatkan oleh perubahan
morfologi sungai maka perlu dilakukan analisa hidrolika dan pergerakan
sedimen yang terjadi setelah erupsi Merapi 2010 pada Sungai Progo
Metode penelitian dilakukan dengan cara menganalisis nilai angkutan
sedimen dasar yang terjadi pada titik tinjau menggunakan metode empiris
berdasarkan data – data yang diperoleh dari penelitian dilapangan maupun data
- data sekunder yang ada. Lokasi penelitian dilakukan pada dua titik tinjau, yaitu
pada titik Jembatan Kebon Agung 1 dan pada titik Jembatan Bantar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari titik Jembatan Kebon Agung 1
sampai titik Jembatan Bantar mengalami pengendapan sebesar 5,681m³/hari
untuk metode Einstein. Pada metode Frijlink mengalam pengendapan sebesar
77,656 m³/hari dan pada metode Meyer Peter Muller mengalami pengendapan
sebesar 158,941m³/hari. Menurut hasil pengolahan data yang diperoleh dari
penelitian dilapangan dapat disimpulkan bahwa pada penampang sungai di titik
Jembatan Kebon Agung 1 elevasi terendahnya mengalami agradasi sebesar 2,9 m
dan 6,4 m pada elevasi kedalaman rata – rata. Sedangkan pada penampang
sungai di pias Jembatan Bantar elevasi terendah mengalami degradasi sebesar
2,46 m dan 1,74 pada elevasi kedalaman rata – rata. | en_US |