ISLAM KARIMOV MEMFASILITASI GERAKAN SUFI NAQSHABANDIYAH SEDANGKAN PADA SAAT YANG SAMA MELAKUKAN REPRESI POLITIK TERHADAP KELOMPOK POLITIK ISLAM DI UZBEKISTAN TAHUN 1991-2005
Abstract
Setelah keruntuhan Uni Soviet yang menjajah Uzbekistan, Uzbekistan yang baru saja merdeka setelah keruntuhan Uni Soviet mengalami berbagai gejolak terutama dari pemerintahan dan juga dari pihak luar yang mengandung unsur eksterimisme. Untuk dapat melanjutkan status Uzbekistan sebagai sebuah Negara yang menjamin kemakmuran rakyatnya, Pemerintahan harus mentraformasi kembali menyesuaikan apa yang diinginkan masyarakat dan bagi kebaikan masyarakat, mengingat nilai-nilai yang ada di Uzbekistan saat kolonialisasi tidak sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh masyarakatnya. Namun, Pemerintah Uzbekistan tidak dapat melakukan rekonstruksi yang sudah ada sendirian. Dibutuhkan suatu ideologi yang sesuai dengan nilai-nilai yang dipercaya oleh masyarakat Uzbekistan itu sendiri untuk bersama-sama membangun Negara Uzbekistan. Sehingga, Pemerintah khususnya Islam Karimov mencanangkan program-program serta kebijakan-kebijakan yang berdasarkan apa yang sesuai dengan masyarakat yang umumnya merupakan masyarakat pemeluk muslim menggunakan sufisme sebagai suatu ideologi sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Sufisme menawarkan pilihan sebagai ideologi yang mengajarkan nilai kebaikan dan berprinsip dapat menenangkan batin seseorang agar berfokus kepada pandangan hidup yang dilakukan pengikutnya agar berfokus kepada penilaian Tuhan. Di Uzbekistan sufisme tidak mendapat larangan, berbeda dengan gerakan sosial yang lain ataupun partai politik yang lain, sufisme keberadaannya diijinkan dan mendapatkan dukungan dari pemerintah Islam Karimov yang terkenal akan keotoriterannya. Oleh karena itu, penulis dalam penelitian ini mencoba untuk mengkaji alasan mengapa Islam Karimov Memfasilitasi Gerakan Sufi Naqshabandiyah Sedangkan Pada Saat yang Sama Melakukan Represi Politik Terhadap Kelompok Politik Islam di Uzbekistan pada Tahun 1991-2005, dengan menggunakan teori Sufisme, teori Sistem Politik Nasional oleh David Easton dan teori Gerakan Sosial oleh Maria Diani. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan metode kualitatif.