dc.contributor.advisor | Ali muhammad Ph.D. | |
dc.contributor.author | PATTIHUA, AHMAT REZA FAHLEFI | |
dc.date.accessioned | 2018-03-08T06:23:44Z | |
dc.date.available | 2018-03-08T06:23:44Z | |
dc.date.issued | 2017-08-24 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/17818 | |
dc.description | Setelah berakhirnya perang dingin, isu HAM telah menjadi fokus kajian utama dalam hubungan internasional dan bukan lagi menjadi isu non-tradisional. Berangkat dari pembentukan lembaga-lembaga HAM Eropa, Amerika, dan Afrika serta deklarasi Wina Pada tahun 1993, menjadi awal babak baru bagi ASEAN untuk membentuk komisi HAM regional. ASEAN Intergovermental Commssion On Human Rights (AICHR) yang di bentuk untuk melindungi serta menegakan HAM sampai saat ini, masih terdapat beberapa kasus pelanggaran HAM di kawasan Asia Tenggara. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakefektifan komisi adalah bagian dari doktrin Para relativisme budaya dengan istilah “ambivalensi” dari praktik ASEAN Way (Non-interference), lemahnya supermasi hukum serta kurangnya sumber daya Manusia/sumber dana. Dalam menjawab permasalahan ini, ASEAN di harapkan meratifikasi konvensi HAM, untuk melakukan investigasi terhadap pelaku pelangaran HAM, baik individu, kelompok maupun negara serta melibatkan NGO dan para pakar hukum. | en_US |
dc.description.abstract | The end of the cold war, human rights issues had been focuses of the major research within International Relations, and it was not non-traditional issues any more. Start from shaping Europe human rights agencies, USA and Africa also Wina declaration on 1993, become firstly step for ASEAN to shape regional human rights commission. ASEAN Intergovernmental Commission On Human Rights (AICHR) whose form to protect and uphold human rights until now, there were still human rights cases in Southeast ASIA region. There were factors influences ineffective commission was particularize cultures named “ Ambivalence” from ASEAN way practice (Non-interference), the weakness of supremacy law and the lowest of human resources or fundraising. To handle that matter, hopefully ASEAN could be ratification human rights convention, so that to conduct the investigations against human rights suspects, however it is individual, groups and state actor and to conclude the NGO and the scientific law. | en_US |
dc.publisher | MIHI UMY | en_US |
dc.subject | HAM AICHR, Efektifitas Organisasi, Human Rights AICHR, Effectively Organization. | en_US |
dc.title | EFEKTIVITAS ASEAN INTERGOVERMENTAL COMMSSION ON HUMAN RIGHTS DALAM MENGATASI PELANGGARAN HAM DI ASIA TENGGARA | en_US |