KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT DALAM MENANGANI PEMBERONTAKAN ISLAMIC STATE OF THE IRAQ AND SYRIA DI IRAK TAHUN 2014
Abstract
Dinamika politik internasional pada era globalisasi ternyata tidak bisa dilepaskan dari
persoalan keamanan non-tradisional. Persoalan-persoalan yang mncul ternyata tidak hanya
konflik antar bangsa, namun telah berkembang luas dan mengarah ke persoalan-persoalan
keamanan non-tradisional, yaitu terorisme. Salah satu tonggak sejarah bagi masyarakat dunia
dalam memerangi terorisme adalah tragedi WTC (World Trade Centre) pada 11 September
2001.
Dinamika politik luar negeri Amerika Serikat ternyata tidak lepas dari wilayah Timur-
Tengah. Hal ini disebabkan karena wilayah ini menjadi bagian dari pivot point kepentingan
nasional Amerika Serikat, baik pada bidang politik, ekonomi atau keamanan. Salah satu
negara di wilayah Timur-Tengah dalam hal ini adalah Irak.
Salah satu konflik terkini yang terjadi di tahun 2014 adalah pemberontakan ISIS yang
merupakan organisasi fundamental Islam yang didirikan pada 3 Januari 2014. Organisasi ini
memiliki empat faham ideologi sekaligus, masing-masing yaitu Islamism Sunni, Salafist
Jihadism. Worldwide Caliphate dan Anti Shiaism Dari sisi kepemimpinannya, ISIS tidak
lepas dari peranan tiga tokoh pemimpin, yaitu Abu Bakar Al-Baghdadi, Abu Oemar al-
Shisani dan Abu Mohammad al-Adnani.
Intervensi Amerika Serikat dalam menangani pemberintakan ISIS ternyata menjadi
fenomena politik internasional yang menarik. Hal ini disebabkan negara adikuasa ini telah
mengeluarkan anggaran yang sangat besar, meliputi dukungan program/teknis, antara lain
pelatihan terhadap personel Irak dan kelompok Kurdi, serta pengiriman personel dan armada
tempur ke wilayah Irak untuk memerangi kelompok ISIS.