dc.contributor.author | SUSANTO, AFIF | |
dc.date.accessioned | 2018-03-29T01:50:03Z | |
dc.date.available | 2018-03-29T01:50:03Z | |
dc.date.issued | 2015-12-28 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/18334 | |
dc.description | Kota Yogyakarta sebagai ikon kota pelajar memang tidak dapat dilepaskan
begitu saja dari proses perkembangan properti di Yogyakarta. Adanya penyaluran
rumah/perumahan yang terus dibangun oleh pengembang/developer untuk
memenuhi kebutuhan konsumen, dimana sektor pendidikan mengambil kuota
cukup besar. Pada awal ajaran baru kota Yogyakarta selalu ramai dikunjungi oleh
mereka yang ingin melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Para
pendatang baru inilah yang menjadi lahan basah bagi pengembang/developer
dalam menawarkan produknya. Perubahan tata guna lahan pada suatu kawasan
yang sebelumnya merupakan lahan resapan air, kemudian berubah menjadi lahan
terbangun yang akan meningkatkan luas area kedap air serta akan memberikan
dampak langsung pada peningkatan volume limpasan. Kondisi peningkatan
volume limpasan ini berjalan seiring dengan peningkatan resiko terjadinya banjir
pada kawasan tersebut. Salah satu upaya mengurangi resiko terjadinya banjir pada
kawasan tersebut adalah dengan menerapkan konsep sistem drainase
berkelanjutan. Sistem drainase berkelanjutan adalah suatu konsep dasar
pengembangan sistem drainase yang bertujuan untuk meningkatkan daya guna air,
meminimalkan kerugian, serta memperbaiki dan konservasi lingkungan. Untuk itu
diperlukan usaha-usaha yang komprehensif dan integratif yang meliputi seluruh
proses, baik yang bersifat struktural maupun non struktural untuk mencapai tujuan
tersebut. (Suripin, 2004).
Metode penelitian dilakukan dengan menganalisis data kuisioner yang
disebarkan kepada para developer pemiliki proyek perumahan yang telah selesai
pembangunannya ataupun masih dalam proses pembangunan, dan berada di dalam
lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sleman bagian barat.
Berdasarkan survei kuesioner serta hasil analisis dan pembahasan dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut : Sebanyak 90 % developer menyatakan sudah
mengerti tentang konsep sistem drainase yang ramah terhadap lingkungan atau
sistem drainase berkelanjutan, dan hanya 10 % yang belum mengerti. Sedangkan
untuk penerapan konsep green landscape di lapangan adalah cukup, sebanyak 60
% developer menerapkan konsep tersebut pada proyek perumahan yang mereka
kembangkan. Sebanyak 10 % developer yang mengetahui konsep zero delta Q
policy dan metode pelaksanaannya. Dan hanya sebanyak 5 % developer yang
tidak berkeinginan untuk menerapkan serta melanjutkan berinvestasi perumahan
dengan mengusung konsep green, khususnya pada konsep sistem drainase
berkelanjutan di kawasan perumahan. Dikarenakan, pemahaman dari developer
sendiri mengenai konsep green, khususnya pada konsep sistem drainase
berkelanjutan masih kurang, sehingga developer tersebut mengalami kesulitan
dalam penerapan di lapangan. | en_US |
dc.description.abstract | Kota Yogyakarta sebagai ikon kota pelajar memang tidak dapat dilepaskan
begitu saja dari proses perkembangan properti di Yogyakarta. Adanya penyaluran
rumah/perumahan yang terus dibangun oleh pengembang/developer untuk
memenuhi kebutuhan konsumen, dimana sektor pendidikan mengambil kuota
cukup besar. Pada awal ajaran baru kota Yogyakarta selalu ramai dikunjungi oleh
mereka yang ingin melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Para
pendatang baru inilah yang menjadi lahan basah bagi pengembang/developer
dalam menawarkan produknya. Perubahan tata guna lahan pada suatu kawasan
yang sebelumnya merupakan lahan resapan air, kemudian berubah menjadi lahan
terbangun yang akan meningkatkan luas area kedap air serta akan memberikan
dampak langsung pada peningkatan volume limpasan. Kondisi peningkatan
volume limpasan ini berjalan seiring dengan peningkatan resiko terjadinya banjir
pada kawasan tersebut. Salah satu upaya mengurangi resiko terjadinya banjir pada
kawasan tersebut adalah dengan menerapkan konsep sistem drainase
berkelanjutan. Sistem drainase berkelanjutan adalah suatu konsep dasar
pengembangan sistem drainase yang bertujuan untuk meningkatkan daya guna air,
meminimalkan kerugian, serta memperbaiki dan konservasi lingkungan. Untuk itu
diperlukan usaha-usaha yang komprehensif dan integratif yang meliputi seluruh
proses, baik yang bersifat struktural maupun non struktural untuk mencapai tujuan
tersebut. (Suripin, 2004).
Metode penelitian dilakukan dengan menganalisis data kuisioner yang
disebarkan kepada para developer pemiliki proyek perumahan yang telah selesai
pembangunannya ataupun masih dalam proses pembangunan, dan berada di dalam
lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sleman bagian barat.
Berdasarkan survei kuesioner serta hasil analisis dan pembahasan dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut : Sebanyak 90 % developer menyatakan sudah
mengerti tentang konsep sistem drainase yang ramah terhadap lingkungan atau
sistem drainase berkelanjutan, dan hanya 10 % yang belum mengerti. Sedangkan
untuk penerapan konsep green landscape di lapangan adalah cukup, sebanyak 60
% developer menerapkan konsep tersebut pada proyek perumahan yang mereka
kembangkan. Sebanyak 10 % developer yang mengetahui konsep zero delta Q
policy dan metode pelaksanaannya. Dan hanya sebanyak 5 % developer yang
tidak berkeinginan untuk menerapkan serta melanjutkan berinvestasi perumahan
dengan mengusung konsep green, khususnya pada konsep sistem drainase
berkelanjutan di kawasan perumahan. Dikarenakan, pemahaman dari developer
sendiri mengenai konsep green, khususnya pada konsep sistem drainase
berkelanjutan masih kurang, sehingga developer tersebut mengalami kesulitan
dalam penerapan di lapangan. | en_US |
dc.publisher | FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA | en_US |
dc.subject | sistem drainase berkelanjutan, developer. | en_US |
dc.title | KENDALA DAN TANTANGAN PENERAPAN SISTEM DRAINASE BERKELANJUTAN PADA KAWASAN PERUMAHAN DI WILAYAH SLEMAN BAGIAN BARAT | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |