dc.description | Pasca perang Korea, Korea Utara diketahui mulai mengembangkan senjata nuklir dan misil balistik melalui bantuan teknologi Tiongkok dan Rusia. Perkembangan sistem senjata Korea Utara yang pesat membuat timbulnya ketidakseimbangan kekuatan di wilayah Semenanjung Korea. Hal ini akhirnya berujung pada tindakan provokasi yang terus-terusan dilakukan oleh Korea Utara kepada Korea Selatan, terutama selama Kim Jong Un memimpin Korea Utara. Demi menghalau ancaman dan menyeimbangkan kekuatan, Korea Selatan melakukan aliansi dengan Amerika Serikat dan mengembangkan sistem pertahanannya ke arah Ballistic Missile Defense. Dengan adanya aliansi, Korea Selatan mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat berupa pembangunan BMD Terminal High Altitude Area Defense (THAAD).
Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengambarkan bagaimana kebijakan pertahanan Korea Selatan dalam menghadapi ancaman dari Korea Utara, terutama ancama misil balistiknya. Kebijakan inilah yang kemudian akan dilihat ketepatannya dalam menyelesaikan permasalahan Korea Selatan sekaligus penyeimbang kekuatan di Semenanjung Korea | en_US |