View Item 
      •   UMY Repository
      • 07. RESEARCH CENTER
      • Learning Center's Research
      • View Item
      •   UMY Repository
      • 07. RESEARCH CENTER
      • Learning Center's Research
      • View Item
      JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

      PENOLAKAN NEGARA-NEGARA UNI EROPA TERHADAP KEBIJAKAN KUOTA PENGUNGSI

      Thumbnail
      View/Open
      Laporan Akhir Penelitian Kemitraan UMY 2017_Sugito_HI UMY.pdf (1.092Mb)
      Date
      2017-12-30
      Author
      SUGITO, SUGITO
      HUSSIN, MUTIA HARIATI
      Metadata
      Show full item record
      Abstract
      Negara-negara Uni Eropa mengalami krisis pengungsi sebagai dampak dari konflik yang terjadi di Timur Tengah. Gelombang pengungsi yang berasalal dari Suriah, Libanon dan Irak mencoba memasuki negara-negara Eropa melalui jalur laut dan darat. Tercatat hingga akhir tahun 2015 lebih dari satu juta orang mencoba masuk ke Eropa melalui Yunani, Italia, dan Hungaria. Krisis ini telah mengakibatkan perpecahan di Uni Eropa. Perpecahan antar negara disebabkan oleh kebijakan Uni Eropa terkait dengan kuota pengungsi yang harus diterima oleh semua negara Uni Eropa. Kebijakan kuota ini tidak lepas dari kebijakan umum Uni Eropa yang membuka pintu bagi masuknya pencari suaka dari Timur Tengah. Beberapa negara menerima dengan baik seperti Jerman, Swedia, dan Austria. Namun adapula negara-negara seperti Hungaria, Republik Ceko, dan Slovakia yang menentang kebijakan tersebut. Penelitian ini hendak menjawab permasalahan mengapa negara-negara Uni Eropa menolak kebijakan kuota pengungsi. Dengan menggunakan pendekatan kaum intergovermentalis dan perumusan kebijakan luar negeri oleh William D.Coplin, maka penelitian ini akan melakukan komplementasi sitemik dan sub sistem atau analitik, guna mencari hubungan antara politik domestik serta lingkungan internasional yang mempengaruhi pengambilan kebijakan di negara-negara penolak kebijakan kuota pengungsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor politik domestik berupa kemunculan politisi-politisi dan partai-partai berhaluan kanan menjadi penyebab dari penolakan pemerintah negara-negara Eropa khususnya Visegard terhadap kebijakan kuota pengungsi. Mereka mempergunakan sentimen anti Islam dan berdalih mempertahankan kohesivitas masyarakatnya untuk berkampanye menolak kebijakan kuota. Fenomena ini bertemu dengan kenyataan internasional bahwa kekuasaan Uni Eropa untuk memaksa negara anggotanya menerima kebijakan kuota ini tidak sekuat kebijakan dalam ranah European Community. Pengungsi yang diatur dalam klausul kerjasama Intergovernmental Pillars masih dapat ditolak oleh negara anggotanya. Akibatnya, kebijakan kuota menjadi cair untuk dinegosiasikan bahkan ditolak.
      URI
      http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/20081
      Collections
      • Learning Center's Research

      DSpace software copyright © 2002-2015  DuraSpace
      Contact Us | Send Feedback
      Theme by 
      @mire NV
       

       

      Browse

      All of UMY RepositoryCollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

      My Account

      Login

      DSpace software copyright © 2002-2015  DuraSpace
      Contact Us | Send Feedback
      Theme by 
      @mire NV