dc.description.abstract | Produktivitas kerja merupakan faktor penting dalam meraih kemenangan dalam persaingan global yang sangat kompetitif di berbagai bidang. Produktivitas kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja tanpa adanya kebijakan strategis yang tepat dan terintegrasi dari pihak manajemen. Hasil pengamatan di lapangan selama beberapa tahun memberikan training untuk karyawan di beberapa perusahaan, ada beberapa kelemahan di berbagai perusahaan milik negara maupun swasta atau instansi birokrasi pemerintah yaitu adanya kecenderungan satu pola kebijakan yang tidak melihat aspek faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja secara menyeluruh. Kondisi ini menyebabkan munculnya banyak penurunan produktivitas kerja yang diakibatkan oleh kasus-kasus berupa kesakitan akibat kerja, penyakit tidak menular dan kecelakaan kerja. Laporan dari biro pembinaan kesehatan kerja kementrian kesehatan RI, menunjukan jumlah kasus penyakit akibat kerja dari tahun 2011 = 57.929 orang; tahun 2012 = 60.322 orang; tahun 2013 = 97.144 orang. Provinsi dengan jumlah kasus penyakit akibat kerja tertinggi pada tahun 2011 adalah Provinsi Jawa Tengah, Sulawesi Utara dan Jawa Timur; tahun 2012 adalah Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Jawa Barat; tahun 2013 adalah Provinsi Banten, Gorontalo dan Jambi; tahun 2014 adalah Provinsi Bali, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Tujuh penyakit tidak menular tertinggi menurut Riskesdas tahun 2013 yang mempengaruhi pada produktivitas kerja yaitu hipertensi 25,8%, obesitas sentral 26,6%, kurang aktivitas fisik 52,8%, kebiasaan merokok 21,1%, kurangnya konsumsi sayur dan buah 10,7%, diabetes mellitus 2,1%, penyakit paru obstruksi 3,8%, jantung koroner 1,5%, stroke 1,21%, kanker 1,4%. Sementara itu, jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun 2011-2014 yang paling tinggi pada 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja (Tahun 2011 = 9.891 orang; Tahun 2012 = 21.735 orang; Tahun 2014 = 24.910 orang). Provinsi dengan jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tertinggi pada tahun 2011 adalah Provinsi Banten, Kalimantan Tengah dan Jawa Timur; Tahun 2012 adalah Provinsi Jambi, Maluku dan Sulawesi Tengah; Tahun 2013 adalah Provinsi Aceh, Sulawesi Utara dan Jambi; tahun 2014 adalah Provinsi Sulawesi Selatan, Riau dan Bali.
Atas dasar data tersebut di atas buku ini mencoba mengupas untuk solusi melejitkan produktivitas kerja agar menjadi lebih baik dengan cara meningkatkan kualitas kesehatan sumber daya manusia dengan pendekatan perubahan mind set gaya hidup sehat melalui pendekatan sinergisitas kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual dan kecerdasan fisik. Sinergisitas 3 jenis kecerdasan ini telah terbukti secara empiris dalam penelitian disertasi (Mahanggoro, 2016) mampu meningkatkan pembentukan sikap hidup sehat pada karyawan PT. Budi Manunggal di Yogyakarta. Sikap hidup sehat ini menjadi dasar utama menjadikan perilaku hidup sehat sehingga dapat menjaga maupun mempertahankan kualitas kesehatan serta mampu mempercepat tingkat kesembuhan dari sakit menjadi sehat kembali. Persoalan sikap hidup sehat juga sangat bermanfaat untuk menekan laju tingginya pembiayaan pengobatan sakit akibat kerja.
Semoga buku dengan judul “Melejitkan Produktivitas Kerja dengan Sinergisitas Kecerdasan (Emosional, Spiritual and Physical Quotient) bermanfaat bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. | en_US |