Pelanggaran terhadap pencipta atas desain grafis kaos di kota Yogyakarta masih sering terjadi. Semakin berkembangnya teknologi dan informasi, seluruh hal bisa mudah diakses termasuk pelanggaran hasil desain grafis kaos. Hal tersebut tentu mengganggu dan merugikan si pencipta karena merasa hak ciptanya telah dilanggar. Oleh karena itu, tujuan dari penulis untuk melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran terhadap pencipta atas desain grafis kaos, serta untuk mengetahui praktik perlindungan hukum terhadap pencipta atas desain grafis kaos di kota Yogyakarta. Penulis melakukan pendekatan hukum secara empiris, yaitu dengan melakukan penelitian pustaka dan didukung dengan penelitian di lapangan terhadap responden yang terkait. Dari hasil penelitian yang dilakukan, bentuk pelanggaran terhadap pencipta atas desain grafis kaos di Yogyakarta diantaranya ialah pembajakan dan penjualan terhadap barang-barang hasil bajakan dari desain grafis kaos. Para pencipta tersebut yang merasa haknya dilanggar atas hasil dari desain grafis kaos mereka kurang begitu paham bagaimana prosedur untuk menyelesaikan permasalahan tersebut melalui jalur hukum. Sedangkan pihak yang melakukan pelanggaran dengan cara menjual barang dari hasil bajakan tersebut ialah dikarenakan mereka kurang mempunyai bakat untuk membuat desain grafis kaos sendiri dan menggunakan modal yang tidak banyak jika menggunakan hasil desain grafis kaos bajakan. Dalam perlindungan hukumnya, empat komponen yang berkaitan yaitu peraturan perundang-undangan, aparat hukum, infrastruktur serta kesadaran hukum masyarakat. Namun cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk menangani ketidaktahuannya tentang prosedur hukum untuk kasus hak cipta adalah dengan melakukan alternatif penyelesaian sengketa. Hal tersebut juga dipilih karena alasan kecepatan dan biaya murah sehingga lebih diharapkan dapat mengeluarkan keputusan yang memuaskan dan bisa diterima oleh kedua belah pihak