View Item 
      •   UMY Repository
      • 04. LECTURERS ACADEMIC ACTIVITIES
      • CONFERENCE
      • View Item
      •   UMY Repository
      • 04. LECTURERS ACADEMIC ACTIVITIES
      • CONFERENCE
      • View Item
      JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

      LAPORAN PENELITIAN KEMITRAAN SINEMA NGAMEN

      Thumbnail
      View/Open
      Laporan Kemitraan (920.5Kb)
      Date
      2017-06-30
      Author
      ARIFIANTO, BUDI
      Metadata
      Show full item record
      Abstract
      Di tengah dominasi Hollywood dan jaringannya di Indonesia, film nasional mengalami peminggiran dengan dikuasainya layar sinema oleh film Hollywood. Kondisi ini terjadi sejak rejim Orde Baru berkuasa ketika liberalisme digelorakan. Film nasional yang tidak sepadan dengan kekuatan modal Hollywood pun terjungkal. Jika kini film Indonesia secara jumlah meningkat, bukan berarti problem film nasional terselesaikan. Monopoli Jaringan 21 atas distribusi film menyebabkan film nasional harus ikut standar teknologi, dan juga estetika jaringan ini. Pada dekade 1990-an, muncul alternatif gerakan untuk membangkitkan film nasional dengan model sinema ngamen, yaitu sinema yang diputar di luar jalur utama yang bernama sinema ngamen. Yogyakarta menjadi salah satu basis dari sinema ngamen. Penelitian ini berpijak pada rumusan masalah bagaimana strategi produksi dan pola distribusi sinema ngamen di Yogyakarta? Penelitian ini menemukan data sebagai berikut, pertama, produksi film pendek di Yogyakarta berkembang seiring dikenalnya teknologi digital dalam produksi film. Era seluloid belum menjadi masa dari produksi film pendek di Yogyakarta. Seluloid masih dianggap mahal dan tidak terjangkau sineas di Yogyakarta. Dikenalnya video kaset dan selanjutnya video digital menjadikan produksi film pendek di Yogyakarta mulai bermunculan. Komunitas film menjadi basis dalam produksi film pendek di Yogyakarta. Komunitas film ini bisa berasal dari kampus maupun luar kampus. Awalnya film pendek belum menarik sponsor, sehingga produksi film benar – benar menjadi totalitas idealisme sineasnya. Untuk produksi film, siasat pengetatan biaya produksi dilakukan seperti dengan membuat replika lampu. Dalam jalur distribusi, sineas Yogyakarta memutar filmnya dari satu tempat ke tempat lain. Perkembangan teknologi internet memudahkan dalam mencari kantung budaya yang layak dan bisa dijadikan pemutaran film. Melalui internet, sineas Yogyakarta mencari komunitas film lain yang bersedia memutarkan filmnya. Kini, produksi film di Yogyakarta tidak semua berbasis komunitas karena kemudahan teknologi dalam produksi dan eksebisi film. Justru inilah yang menjadi tantangannya karena pengalaman menunjukan pentingnya komunitas sebagai forum belajar bersama para sineas.
      URI
      http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/23941
      Collections
      • CONFERENCE

      DSpace software copyright © 2002-2015  DuraSpace
      Contact Us | Send Feedback
      Theme by 
      @mire NV
       

       

      Browse

      All of UMY RepositoryCollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

      My Account

      Login

      DSpace software copyright © 2002-2015  DuraSpace
      Contact Us | Send Feedback
      Theme by 
      @mire NV