PENOLAKAN KIM JONG-UN TERHADAP PROGRAM REUNIFIKASI DUA KOREA OLEH KOREA SELATAN
Abstract
Perayaan Ulang tahun Semenanjung Korea yang ke 70 yang disebut-sebut
sebagai kesempatan bagi kedua Korea untuk merencanakan Reunifikasi gagal
terwujud. Park Guen-hye selaku presiden Korea Selatan saat ini berencana akan
menggelar dialog dengan Korea Utara untuk merencanakan Reunifikasi
Semenanjung Korea. Kim Jong-Un Presiden Korea Utara menolak ajakan tersebut
karena menurutnya Reunifikasi tersebut merupakan kemunafikan. Sebagai putra
bungsu dari Kim Jong-Il, kehidupan awal dari Kim Jong-Un tidak diketahui
kepastiannya. Hanya saja ketika remaja Kim Jong-Un diketahui telah mengenyam
pendidikan di Swiss. Kim Jong-Il telah mempersiapkan bahwa Kim Jong-Un akan
menggantikannya sebagai pemimpin Korea Utara.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan data
sekunder yang diperoleh melalui dokumentasi beberapa buku-buku ilmiah, jurnaljurnal,
artikel, kutipan hasil penelitian, media massa, media sosial, serta dokumendokumen
lain yang diperlukan dalam proses penelitian ini. Bertujuan untuk
mengetahui persepsi Presiden Korea Utara dalam pengambilan kebijakan
mengenai reunifikasi dengan Korea Selatan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya pengaruh nilai kehidupan
remaja Kim Jong-Un di Swiss yang terkenal hebat dan berkuasa. Sehingga
menjadikan Kim Jong-Un sebagai pemimpin muda yang agresif, dimana dia
mempertahankan sikap dan keputusannya tanpa memperdulikan orang lain, dan
menginginkan hasil akhir sebagai pemenang untuk mencapai kepuasaanya.
Diketahui bahwa Kim Jong-Un sengaja meniru gaya kepemimpinan kakeknya
Kim Il-Sung yang dikenal sebagai Founding Father untuk dapat mengambil
simpatik dari masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan yang diputuskan oleh Kim
Jong-Un semata-mata ingin menunjukan arogansi Korea Utara didunia
Internasional dan menunjukan bahwa dirinya merupakan sosok pemimpin yang
bertanggung jawab dan dapat diandalkan.