dc.description.abstract | Pernahkah terpikir, jika anda sudah tidak dalam posisi sekarang, jejak apa yang kira-kira akan anda tinggalkan? Pernahkah terbersit, bila jatah hidup anda di dunia habis, apa yang menjadi jejak anda di dunia bagi mereka yang masih hidup?
Hidup kita dikelilingi oleh jejak para pendahulu. Islam menjadi agama yang dianut mayoritas masyarakat Indonesia. Tak bisa dilepaskan dari peran para ulama, juru dakwah, dan saudagar yang memperkenalkan Islam ke nusantara.
Kita dapat hidup di sebuah negara merdeka bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jejak para pejuang dan pengisi kemerdekaan terlihat tidak hanya di tumpukan dokumen negara, tapi juga di dalam spirit perjuangan dan kebebasan yang terus menyala.
Teknologi yang sedang anda pakai untuk berkominunikasi dan berselancar di dunia maya. Jejak para ilmuwan, penemu, dan insinyur garda depan yang tak kenal lelah berkarya tampak nyata dalam kemudahan-kemudahan dan kecanggihan yang kita nikmati.
Hari ini saya mudik ke Kediri, Jawa Timur, dengan menggunakan kereta api. Sepuluh tahun yang lalu, ketika saya mudik dengan menggunakan transportasi yang sama, kondisinya sangat mengenaskan. Penumpang bertumpuk di dalam kereta yang sesak. Tidak ada celah sekedar untuk berjalan. Toilet bahkan penuh oleh orang yang rindu kampung halaman.
Sekarang kondisinya berbeda. Kereta kelas ekonomi pun sudah nyaman. Dari sistem penjualan tiket, kebersihan kereta, hingga pengaturan parkir dan antrian penumpang di stasiun. Semua tertata jauh lebih rapih. Penumpang menjadi tenang dan nyaman. Ini juga merupakan jejak, yang ditinggalkan oleh para pemimpin negeri dan petinggi KAI, yang mungkin sekarang sudah tidak menjabat lagi.
Sekarang, mari bertanya kepada diri sendiri, jejak apa yang akan saya tinggalkan setelah saya tidak dalam posisi yang sekarang, atau, setelah saya tidak hidup di dunia ini lagi? | en_US |