TEORI DEBAT (JADAL) DAN RELEVANSINYA BAGI PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORER
Abstract
Tradisi debat yang disinyalir menandakan adanya kemampuan berpikir kritis (critical thinking) sebenarnya dimiliki oleh setiap bangsa dan peradaban. Namun sebagian kalangan menganggap bahwa tidak setiap bangsa dan peradaban mempunyai kualitas perdebatan skolastik yang menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Olga Wiejers dalam buku In Search of The Truth (2013) mengklaim bahwa perdebatan yang bersifat skolastik merupakan kemampuan yang hanya dimiliki oleh Barat. Peradaban lain, menurutnya, mungkin juga mempunyai tradisi debat dan diskusi namun kualitasnya tidak pernah mencapai level perdebatan skolastik. Dia menulis,” …the intellectual tradition of the scholastic disputation seems unique to the West.”
Perdebatan skolastik (scholastic disputation) meniscayakan sebuah ketrampilan berargumentasi yang memenuhi kaidah logika dan dipakai untuk menemukan kebenaran, atau minimal, jawaban yang benar atas sebuah masalah. Seorang peserta debat dalam konteks perdebatan skolastik harus mampu memberi penjelasan yang baik untuk dua pendapat yang saling bertentangan sekaligus. Termasuk alasan, bukti, dan cara pengambilan kesimpulan (reasoning) dari pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri.