dc.contributor.author | SOFYAN, NUR | |
dc.date.accessioned | 2019-05-31T07:03:42Z | |
dc.date.available | 2019-05-31T07:03:42Z | |
dc.date.issued | 2019-05-17 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/27269 | |
dc.description | Tantangan di dunia kerja membutuhkan tambahan life skill yang memadahi, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Kebutuhan dunia kerja tidak hanya mensyaratkan pada paras yang cantik dan tampan semata. Jauh lebih dari itu harus memiliki kemampuan baik secara intelektual akademik juga harus ditopang oleh kepribadian yang baik dan proffesional dalam menjalanklan tugas dan kuajibannya dalam dunia kerja. Etika juga mutlak diubutuhkan guna menciptakan situasi kerja yang kondusif dan saling menghormati berdasarkan moralitas yang ada dan dilaksanmakan dalam dunia kerja. Harapan dari paparan mengenai proffesional groming dan etik diharapkan mampu mendorong terciptanya mahasiswa yang seimbang anatara pengetahuan dalam bidang komunikasi, etika dan kepribadian serta profesionalitas dalam dunia kerja yang nya. | en_US |
dc.description.abstract | Pada khakekatnya kajian ini inging memberikan pembelajaran mengenai pentingnya proffesional image dalam kehidupan sehari hari sampai padatataran dunia kerja. Dalam perspektif kajian komunikasi, proffesional image ataupun etika harus seiring sejalan. Itu sebabnya konstruksi nila individu harus dibentuk dan melalui proses yang panjang. Tidak semata pada citra positif semata. Dengan adanya tata cara menampilkan kepribadian yang positif melalui perangai, tata busana disertai dengan keahlian yang memadahi akan mengantarkan insan komunikasi menjadi profesional dibidangnya. Dalam komunikasi hal ini dapat dilihat dari sudut pandang teori penilaian sosial ( Social Judgment Theory). Disadari atau tidak perilaku dan nilai sosial yang melekat pada diri seseorang berjalan secara bersamaan. Tiga tahap utama yang harus dicermati dalam ranah ini adalah pengalaman ketika lingkungan sosial melihat diri kita. Respon diri kita menghadapi pengalaman sosial. Jika pola yang terbentuk adalah nilai positif baik dari sisi perilaku maupun hal yang diyakini secara norma tidak bertentangan dengan nilai sosial, maka hal tersebut akan dilihat masyarakat sebagai sebuah penerimaan nilai positif ( lattitude of acceptance). Jika seseorang gagal dalam membentuk identitas diri yang positif dan bertentangan dengan masyarakat maka yang terjadi adalah penolakan (lattitude of rejection). Jika seseorang bersifat pasif dan tidak ingin dilihat sebagai pribadi positif maupun negatif maka yang terjadi adalah (lattitude of non commitmen). Dengan demikian serangkaian nilai proffesional gromming mencakup tingkah laku, cara berbusana dan etika yang baik akan mengantarkan pada penilaian sosial yang positif. | en_US |
dc.description.sponsorship | Universitas Muhammadiyah Magelang | en_US |
dc.publisher | Nur Sofyan | en_US |
dc.subject | Proffesional Gromming | en_US |
dc.title | PROFFESIONAL GROMMING AND ETTIQUE | en_US |