PESAN MORAL DARI KISAH ASH-HABUL KAHFI
Abstract
Tulisan ini dimaksudkan untuk mengungkap pesan-pesan moral yang terdapat dalam kisah Ashhâbul Kahfi, dengan merujuk pada kitab-kitab tafsir yang banyak dirujuk oleh umat Islam di berbagai belahan dunia Islam, utamanya di dunia Arab; yaitu: Pertama, Tafsîr al-Qur`ân al-‘Azhîm, karya Abû al-Fidâ Ismâîl ibn Katsîr al-Qurasyiy yang ditahqîq oleh As-Sayyid bin Muhammad as-Sayyid dkk.; kedua, Tafsîr Sûrah al-Kahfi, karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin; ketiga, Taisir al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr Kalam al-Mannan, karya Abd ar-Râhman bin Nashîr as-Sa’di, yang ditahqîq oleh 'Abd ar-Rahmân bin Mu’alla al-Luwaihiq; keempat, Zâd al-Masîr fî 'Ilm at-Tafsîr, karta Abû al-Faraj 'Abd ar-Rahmân ibn 'Aliy ibn Muhammad al-Jauziy (Ibn al-Jauzi), dan kelima, Adhwâ’ al-Bayân fî Îdhâh al-Qurân bi al-Qurân, karya Asy-Syinqîthiy, Muhammad al-Amîn ib Muhammad al-Mukhtâr ibn ‘Abd al-Qâdir al-Jankiy.
Setelah melalui kajian analitiko-sintetik, penulis berkesimpulan bahwa ayat-ayat al-Quran yang – utamanya – terdapat dalam QS al-Kahfi/18: 9-26 mengisyaratkan bahwa pesan-pesan moral yang bisa diperoleh dari kisah Ashhâbul Kahfi: “Mereka adalah orang-orang yang memiliki sikap istiqamah dalam menjaga keimanannya. Dan oleh karenanya, mereka ber’uzlah dari kejaran pemimpin mereka yang hendak mezalimi, dengan cara bersembunyi di sebuah gua. Akhirnya, dengan sikap istiqamahnya, Allah menyelamatkannya.
Dari simpulan tafsir ayat ini, kita dapat menangkap pesan moral darinya, bahwa sikap istiqamah sangat diperlukan oleh siapa pun dalam menghadapi setiap ujian kehidupan. Dan dengan bersikap istiqamah itulah kita bisa berharap pertolongan dari Allah.
Kata-kata Kunci: Ashhâbul Kahfi; Ar-Raqîm dan Istiqâmah.