Show simple item record

dc.contributor.authorSaputra, Yudha Irla
dc.date.accessioned2020-02-04T03:25:44Z
dc.date.available2020-02-04T03:25:44Z
dc.date.issued2019-11-01
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/31451
dc.descriptionKomunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima akan mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. Salah satu metode komunikasi efektif adalah komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation). Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran implementasi komunikasi efektif perawat-dokter melalui telepon. Penelitian dilakukan dengan pendekatan studi observasional deskriptif terhadap perawat di ruang rawat inap. Pengukuran frekuensi implementasi komunikasi perawat dengan dokter melalui telepon dilakukan menggunakan lembar komunikasi SBAR dan survey menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini ditemukan komponen A (Assessment) merupakan komponen komunikasi SBAR dengan frekuensi terendah (32%), dan yang tertinggi adalah R (Recommendation) dengan 100%. Hambatan yang dialami perawat ketika berkomunikasi dengan dokter diantaranya perawat akan mengantisipasi ketika dokter tidak senang atau tersinggung saat ditelepon (22%), dokter tidak mempertimbangkan pandangan perawat ketika membuat keputusan tentang pasien (16%) dan perawat tidak cukup waktu untuk mengatakan sesuatu kepada dokter (16%). Studi ini menunjukkan bahwa komunikasi SBAR belum mencapai 100% dan pembuatan SOP (Standar Operasional Prosedur) menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki komunikasi SBAR. Rumah Sakit X Bantul sudah memiliki SOP terkait dengan komunikasi SBAR tetapi pelaksanaannya masih kurang baik.en_US
dc.description.abstractEffective, timely, accurate, complete, clear, and understood communication by the recipient will reduce errors and improve patient safety. One method of effective communication is SBAR communication (Situation, Background, Assessment, Recommendation). This study aims to provide an overview of the effective communication of nurse- physicians by telephone. The study was conducted with a descriptive observational study approach to nurses in the hospitalization room. Measurement of frequency of implementation of nurse and doctor communication via telephone was using the SBAR communication sheet and survey using a questionnaire. The results of this study found that component A (Assessment) is a component of SBAR communication with the lowest frequency (32%) and the highest is R (Recommendation) 100%. Problem experienced by nurses when communicating with physicians include nurses who anticipate when physicians are not happy or offended when called (22%), physicians do not consider nurses' views when making decisions about patients (16%) and nurses do not have enough time to say something to physicians ( 16%). This study shows that SBAR communication has not reached 100% and the making of SOP (Standard Operating Procedures) is one solution to improve SBAR communication. Bantul X Hospital already has an SOP related to SBAR communication but its implementation is not good enoughen_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherMAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjecteffective communicationen_US
dc.subjectSBARen_US
dc.subjectnursesen_US
dc.subjectdoctorsen_US
dc.titleIMPLEMENTASI KOMUNIKASI EFEKTIF SBAR PERAWAT-DOKTER DENGAN TELEPON DI RUANG RAWAT INAP RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTULen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record