Keberfungsian Pendidikan Islam di Era Milenial
Abstract
Era millineal merupakan era perubahan yang sifatnya cepat dan pasti terjadi. Era ini merupakan kelanjutan dari era global yang penuh dengan tantangan besar bagi manusia, meski pada hakikatnya tantangan tersebut bisa berubah menjadi peluang-besar yang bermanfaat bagi khalayak manusia itu sendiri, tergantung bagaimana manusia itu membawa dan mengarahkan tantangan yang ada (Abudin Nata: 2018). Era millineal ini pun bisa disebut dengan era “high digital technology” yang mana penggunaan techonolgy semakin menggila, dan seolah-olah “tidak bisa terpisahkan lagi dengan kehidupan manusia.”Digital technology menjadi “berhala” yang oleh sebagian orang disembah dan dipuja-puji, yang tanpa keberadaannya dunia seakan runtuh.
Hal tersebut bisa ditunjukkan— dengan salah satunya— penggunaan gadget atau gawai yang semakin membumi. Bahkan adanya slogan yang menyatakan “hidup tanpa gadget seperti sayuran tanpa garam, garing tanpa rasa.” Orang-orang, baik dari kalangan anak-anak, kaum muda dan tua beramai-ramai menggunakan gawai atau gadget dalam berkehidupan pribadi dan sosial. Meski tidak sedikit dari mereka yang memberfungsikan gadget untuk hal positif; untuk membuat konten-konten youtube yang menghasilkan duit, atau untuk lahan bisnis dan melebarkan jaringan perkawanan, membuat ruang-ruang dakwah yang bermanfaat untuk ummat. Kaum-kaum muda millineal pun banyak yang menjadikan digital technology sebagai media untuk “mengeksplore diri” dan “menunjukkan capabilty serta kualitas diri” yang pada akhirnya semakin meyakni bahwa ciri-ciri era millineal memang benar adanya (Faraouk, 2017), yakni : (1) menyukai kebebasan diri, tidak mau dikekang dan terkekang oleh apapun dan siapapun, (2) mengandalkan kecepatan infomasi (3) high technology (4) lebih sering masuk dalam dunia media sosial dan internet (5) menggunakan gawai untuk keperluan sehari-hari (5) mudah bersosialisasi dengan sesamanya terutama menggunakan gawai.