Show simple item record

dc.contributor.authorHARIYANTO, MUHSIN
dc.date.accessioned2016-09-28T12:24:08Z
dc.date.available2016-09-28T12:24:08Z
dc.date.issued2011-12
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/3349
dc.description.abstractIslam seharusnya dikembalikan ke posisi awalnya sebagai agama membebaskan, mencerahkan. Islam diharapkan cukup liberatif untuk mengatasi ketertindasan dan keterbelakangan. Islam mesti dibersihkan dari beban-beban sejarah masa lalu yang kelam. Agama yang telah mengalami manipulasi oleh elite sehingga tampak balau, mestinya dipulihkan kembali dengan (salah satunya) menyemarakkan aktivitas ijtihad. Ijtihad adalah cara untuk menghidupkan rasionalisme dalam Islam, berbeda dengan sikap agamawan konservatif yang mengabdikan rasionalisme justru untuk membentengi dogma. Dalam paradigma Islam liberal, rasionalisme digunakan untuk reinterpretasi dan mengapkir tafsir keagamaan yang tidak relevan dengan semangat zaman. Jika dalam skripturalisme akal ditaklukkan dalam kehendak-kehendak harfiah teks agama, dalam progresivisme akal berstatus sebagai nasikh atas hukum-hukum atau fikih Alquran yang tidak lagi menyuarakan kemaslahatan. Inilah yang saya maksud dengan kaidah kemungkinan mengamandemen teks-teks partikular dengan maslahat (jawâzu naskhi al-nushûsh al-juz’iyyah bi al-mashlahat).
dc.publisherSUARA MUHAMMADIYAHen_US
dc.subjectMUJTAHIDen_US
dc.titleMUJTAHID, BISA SALAH, JANGAN BERDUSTAen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record