JANGAN MEMANDANG RENDAH
Abstract
Rasulullah s.a.w. yang pernah hidup dalam budaya feodal kaum Jahiliyah, mengalami kondisi yang sama. Begitu naifnya hubungan sosial kemanusian umat manusia ketika itu. Kelas-kelas elit bangsawan kafir Quraish dengan seenaknya melakukan penindasan, perampasan hak dan penghancuran kehormatan kaum para, sehingga kelas masyarakat yang kemudian lebih kita kenal sebagai kaum mustazh’afîn dan – utamanya -- kalangan hamba sahaya merasakan kehidupan yang paling menyengsarakan dan penuh penderitaan. Hubungan kaya-miskin, misalnya telah membentuk dua kutub ekstrem yang -- pada akhirnya -- melahirkan hubungan patron-client (tuan-budak) yang jauh dari prinsip musâwât (persamaan hal dan kewajiban) di antara mereka. Mereka yang berada dalam pinggiran peradaban praktis kehilangan seluruh hak-hak sosial-kemanusianya, karena arogansi kaum elitnya. Kesewenang-wenangan kaum elit terhadap ’mereka’ yang berada dalam genggaman pengaruhnya telah menjadi potret buram hubungan sosial-kemanusian umat manusia dari masa ke masa. Sulit rasanya bagai kaum papa untuk meneguk impian kerinduan mereka untuk duduk-setara bersama di atas permadani kaum elit. Semua bahkan telah menjadi sebuah mimpi di siang bolong.