MENYEMPURNAKAN PUASA TANPA GHIBAH
Abstract
Hadis di atas mengisyaratkan bahwa pahala puasa akan dihitung oleh Allah sendiri, karena Allahlah yang paling tahu seberapa sempurna kualitas puasa seseorang. Karena, banyak orang berpuasa karena berhitung seperti layaknya seorang pedagang. Dia jalani lapar dan dahaga dalam rangka mendapatkan pahala puasa, tetapi justeru ’dia’ tidak tidak mendapatkan apa pun yang diharapkannya. tak sedikit pun dia peroleh kemanfaatan puasa di sisi Allah, karena dirinya terjebak pada proses ritual puasa tanpa berkemampuan untuk mengisi puasanya dengan tindakan yang nyata untuk menggapai ridha Allah. Atau bahkan – sekali lagi — hanya karena ‘trend’ yang diikuti, ’dia’ justeru lebih peduli untuk mengikuti hawa nafsunya untuk menikmati rasa malas ketika berpuasa, selama bulan Ramadhan ’Dia’ cenderung bersikap kontra-produktif, karena kemalasannya untuk berkreasi dan berinovasi dengan amal-amal saleh dan – dalam saat tertentu – bahkan terjebak dalam tindakan-tindakan yang dapat mereduksi puasanya. Antara lain dengan melakukan, atau minimal terlibat dalam aktivitas ’tajassus’ (menelisih keburukan orang lain) dan ’ghibah’ (menggunjing). Serangkaian tindakan yang di beberapa tempat menjadi aktivitas yang sangat menyenangkan bagi banyak orang, tidak tercuali kaum perempuan.