dc.contributor.author | Sitta Sari, Sovia | |
dc.date.accessioned | 2020-06-30T05:13:53Z | |
dc.date.available | 2020-06-30T05:13:53Z | |
dc.date.issued | 2020-03-18 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/35201 | |
dc.description | Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa iklan Ramayana mengangkat fenomena sosial budaya masyrakat Indonesia ketika bulan Ramadan yaitu mudik. Dalam iklan ini menunjukkan konstruksi pesan bahwa mudik merupakan budaya masyarakat Indonesia yang menjadi sebuah keharusan dan kewajiban setiap tahunnya dan dalam iklan ini digambarkan bahwa mudik mayoritas dilakukan oleh masyarakat menengah ke bawah yang merantau ke kota. Sehingga secara tidak sadar iklan ini mempengaruhi khalayak dengan menanamkan ideologi baru yang berakhir menjadi mitos (makna yang membudaya). | en_US |
dc.description.abstract | Iklan berfungsi sebagai sarana promosi untuk menawarkan barang dan jasa mengalami perluasan menjadi alat untuk menciptakan makna simbolik melalui bahasa dan visualisasi pesan dalam iklan dimana menghasilkan sebuah iklan yang menyampaikan pesan komunikatif dan persuasif. Seperti halnya iklan Ramayana Department Store versi Ramadan tahun 2017 dan 2018 di situs YouTube yang menampilkan tradisi mudik masyarakat Indonesia menjelang Hari Raya Lebaran. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dengan menggunakan semiologi Roland Barthes. Dalam studi semiotika, iklan hadir sebagai sebuah mitos yang menyajikan makna yang kental akan unsur ideologi tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan simbol-simbol tradisi mudik yang muncul dalam iklan tersebut untuk menganalisa mitos yang ada di dalamnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa iklan Ramayana mengangkat fenomena sosial budaya masyrakat Indonesia ketika bulan Ramadan yaitu mudik. Dalam iklan ini menunjukkan konstruksi pesan bahwa mudik merupakan budaya masyarakat Indonesia yang menjadi sebuah keharusan dan kewajiban setiap tahunnya dan dalam iklan ini digambarkan bahwa mudik mayoritas dilakukan oleh masyarakat menengah ke bawah yang merantau ke kota. Sehingga secara tidak sadar iklan ini mempengaruhi khalayak dengan menanamkan ideologi baru yang berakhir menjadi mitos (makna yang membudaya). | en_US |
dc.description.sponsorship | Prodi Ilmu Komunikasi UMY | en_US |
dc.publisher | Prodi IK UMY | en_US |
dc.subject | Representasi, Budaya, Mudik, Iklan Youtube | en_US |
dc.title | Tradisi Mudik Ramadhan sebagai mitos Kemakmuran Perantau (Analisis Semiotika Dalam Iklan Department Store Ramayana Versi Ramayana Mudik #KerenHakSegalaBangsa dan #KerenLahirBatin Menyambut Ramadan di YouTube 2018) | en_US |
dc.type | Article | en_US |