HUBUNGAN GEJALA KLINIS, SPUTUM BTA, DAN RADIOGRAFI TORAKS TERHADAP KEBUGARAN PADA PASIEN PASCA TERAPI TUBERCULOSIS
Abstract
Evaluasi tehadap pasien Pasca-TB sering diabaikan, data penelitian menunjukkan 56,41% pasien pasca TB masih memiliki gejala klinis TB dan 88,5% memiliki lesi radiografi toraks (terbanyak fibrosis 78,2%). Tujuan penelitian ini, adalah untuk mendapatkan hubungan gejala klinis, kondisi lingkungan dan tempat tinggal, sputum BTA, gambaran radiografi toraks terhadap kebugaran pasien Pasca-TB dengan test Six-Minute-Walking-Test (menentukan nilai VO2-max dan jarak tempuh). Metode penelitian analitik deskriptif cross sectional, mendapatkan hubungan gejala klinis, faktor lingkungan dan tempat tinggal; klasifikasi radiografi toraks, jenis lesi, lokasi lesi dan luas lesi; hasil pemeriksaan sputum Batang Tahan Asam (BTA) dengan derajad kebugaran (fungsi paru/VO2-max) dan jarak tempuh atau aktivitas pasien pasca terapi TB. Hasil penelitian Hubungan antara lama waktu sembuh (p: 0.05), luas lesi pada radiografi toraks dengan hasil test kebugaran (p: 0.00) , dan luas lesi radiografi toraks dengan VO2-max dan hasil sputum BTA masing-masing (p: 0.00). Kesimpulan : terdapat hubungan yang signifikan antara lama sembuh, luas lesi radiografi toraks dan hasil sputum BTA dengan hasil tes kebugaran dan Fungsi vital paru (VO2-max)