dc.contributor.author | Suciati | |
dc.date.accessioned | 2021-02-23T01:22:33Z | |
dc.date.available | 2021-02-23T01:22:33Z | |
dc.date.issued | 2021-02-10 | |
dc.identifier.isbn | 978-623-6709-13-9 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/36014 | |
dc.description | Pandemi covid 19 sulit diprediksi kapan masa berakhirnya. Orang tua harus memiliki strategi terhadap anak-anak yang terkungkung di rumahnya sendiri sambil mendengarkan pemberitaan yang memprihatinkan. Kecenderungan anak-anak akan bereaksi seperti apa yang mereka lihat dari orang dewasa di sekitar mereka. Ketika orangtua menghadapi pemberitaan wabah Covid-19 dengan tenang dan kata-kata positif, mereka akan dapat memberikan dukungan terbaik untuk anak-anak mereka. Anak-anak juga akan bersikap lebih tenang menghadapi wabah ini. Meski demikian, terdapat hal yang harus diperhatikan orang tua terkait anak-anak mereka, bukan hanya kesehatan fisik, tapi juga kondisi kesehatan mental mereka selama masa karantina di tengah pandemi Covid-19. Orang tua harus memperhatikan tanda-tanda penyakit pada anak jika sesuai dengan gejala Covid-19, tanda-tanda stres pada anak yang berimbas pada kebiasaan makan atau tidur yang tidak sehat, dan kesulitan dengan konsentrasi, mengajarkan dan membiasakan tindakan patuh pada protokol kesehatan, membantu anak tetap aktif untuk bermain di luar ruangan, sehingga tetap terhubung secara sosial, membuat jadwal dan rutinitas yang fleksibel untuk belajar di rumah, mengatur waktu tidur yang konsisten dan bangun pada waktu yang sama, pertimbangkan kebutuhan dan penyesuaian yang diperlukan anak | en_US |
dc.description.abstract | Penerapan gaya komunikasi yang asertif orang tua terhadap anak di era pandemi covid 19 adalah paling tepat. Pendisiplinan perilaku pada saat keduanya banyak berada di rumah memerlukan wadah komunikasi yang efektif. Ketidaksetujuan yang muncul dari anak bukan hal yang tabu untuk didiskusikan. Namun demikian orang tua harus tetap bersikap tegas untuk menerapkan powernya meskipun anak diberi keleluasaan untuk berpendapat. Pemberian reward dan punishment tetap harus ditegakkan oleh orang tua. Dalam gaya ini perdebatan yang tanpa dasar tidak diberi tempat. Masing-masing pihak harus memiliki alasan yang kuat untuk mengajukan sebuah usulan. Dengan demikian anak maupun orang tua terhindar dari stres karena apa yang dipikirkan dapat tersalurkan dengan baik. Rasa bosan yang menjadi pemicu stres, akan hilang dengan sendirinya karena orang tua akan selalui bertanya tentang apa yang diinginkan anak dalam menerapkan kedisiplinan selama Studi From Home (SFH). Stres tidak akan berlanjut menjadi konflik yang meledak di suatu waktu yang tidak terduga. Gaya asertif akan menghasilkan perilaku positif pada anak maupun orang tua seperti perbaikan/peningkatan diri, ekspresif, meraih tujuan yang diinginkan, pilihan untuk diri sendiri, percaya diri, dan nyaman dengan dirinya. | en_US |
dc.description.sponsorship | Prodi Ilmu Komunikasi UMY | en_US |
dc.subject | gaya asertif, relasi orang tua-anak, pandemi covid 19 | en_US |
dc.title | Gaya Asertif: Solusi Problem Komunikasi Interpersonal Orang Tua-Anal di masa Pandemi Covid 19 | en_US |
dc.type | Article | en_US |