ETIKA BERCINTA ALA NABI SAW
Abstract
Era globalisasi dan teknologi informasi (IT) telah banyak merubah pola perilaku seks masyarakat Islam. Trick seks bebas, perzinaan, biseksual, senggama pada dubur, oral seks dan semacamnya, yang dulu dianggap tabu tampaknya telah mereka praktekkan melampaui batas etika yang selama ini mereka yakini. Bisa jadi mereka melakukan “penyimpangan” seksual mereka anggap sebagai perkembangan variasi hubungan seks, bisa jadi karena akibat kualitas keberagamaan masing-masing individu berbeda, dan bisa jadi pula keragaman kualitas keberagamaan mereka ini dipengaruhi oleh kuatnya arus informasi yang merubah pola perilaku mereka. Sayangnya, kekuatan pengaruh informasi Barat tidak diimbangi dengan kekuatan informasi dari masyarakat Timur yang mayoritas muslim. Sebagian ulama dan penulis buku tentang seks dalam perspektif Islam seringkali mengutip sejumlah hadis yang tidak jelas kesahihannya bahkan tidak rasional hanya sekedar ingin beda dengan seks ala Barat. Penulis menduga bahwa masih ada sejumlah hadis yang tidak jelas kesahihannya namun sering dijadikan referensi oleh para penulis buku tentang etika hubungan seks menurut Islam. Bisa jadi munculnya penjelasan mengenai seks dalam Islam seperti di atas adalah reaksi awal yang bersifat spontan dan sporadis akibat keterkejutan masyarakat muslim terhadap nilai kebebasan seks. Mungkin inilah salah satu sebab ajaran Islam terkebiri dan kehilangan kekuatan referensi tentang seks sebagai akibat dari penafsiran terhadap riwayat yang tidak jelas sehingga Islam ditinggalkan karena dianggap tidak sesuai dengan fitrah manusia dan realitas zaman.
Buku ini membahas hadis-hadis tentang Etika Bercinta (Making love: Hubungan Seks) ala Nabi saw dengan maksud menuntun suami-istri untuk mendapatkan seks yang sehat dan berkualitas, namun tetap sah dan beretika sesuai sunnah Nabi saw.