dc.description.abstract | Krisis Kepercayaan! Itulah yang telah menjadi bagian dari masalah kepemimpinan di negeri kita tercinta. Tidak sedikit di antara pemimpin atau tepatnya: “yang merasa telah menjadi pemimpin karena dipilih dalam sebuah proses pemilihan yang – katanya – demokratis, sebenarnya sudah tidak lagi dipercaya oleh rakyat sebagai pemimpin mereka, karena sikap dan perilakunya sendiri, karena “sudah tidak mampu menunjukkan sikap jujur dan amanahnya”. Meminjam pernyataan Budayawan Indra Tranggono (Kompas, 23 April 2013), jika mereka "jadi" pemimpin, sesungguhnya mereka sedang melakukan penyamaran peran dan status demi melampiaskan hedonismenya. Ada seorang ‘menteri’ di negeri kita tercinta yang justeru sangat bangga dengan ketidakmampuannya demi menghindar dari tanggung jawab seandainya ia gagal dalam tugas. Ada juga menteri yang sangat pintar mengiba kepada publik dengan "menjual" permintaan maaf ketika ia gagal memimpin departemennya dalam melindungi warga masyarakat dari tindakan barbar para preman. Ada juga menteri yang selalu tampil dengan gaya "yakin", tetapi setelah argumentasinya dikejar, akhirnya tampak bahwa menteri itu tidak menguasai masalah. Ada pula menteri yang sok populis dan pergi ke mana-mana membawa wartawan agar seluruh tindakan "membela" kepentingan publik disiarkan. Publik pun ditipu mentah-mentah karena tindakan sang menteri itu tak lebih dari gincu sosial. | en_US |