MENCERMATI SIKAP KITA TERHADAP AL-QURAN
Abstract
Keasyikan umat Islam dalam meletakkan kajian terhadapnya terkadang menjadikan mereka lupa untuk mencari pesan-pesan moral penting al-Quran yang sesungguhnya menjadi tujuan diwahyukannya ayat-ayat al-Quran itu. Kini al-Quran sering hanya terkesampingkan menjadi bahan kajian yang menghasilkan simpulan-simpulan ilmiah belaka yang semakin jauh dari fungsinya sebagai hidayah (petunjuk) bagi umat manusia, utamanya umat Islam yang seharusnya selalu merindukan hidayah Allah darinya. Pengakuan terhadap kebenaran al-Quran sebagai hidayah bagi umat Islam memang sudah tidak bisa dipungkiri, namun belum tentu setiap muslim bersedia mengimaninya dan menjadikannya sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal pengabaian terhadap fungsi al-Quran sebagai hidayah bukanlah sebuah persoalan sederhana. Karena dengan sikap inilah al-Quran telah menjadi sesuatu yang sia-sia bagi setiap muslim dan umat Islam, dan pada akhirnya menjadikan mereka (umat Islam) sebagai kaum marjinal dan termarjinalkan (dhu’afâ dan mustadh’afîn). Bahkan Nabi Muhammad s.a.w. pun pernah mengeluhkan sikap seperti ini. Sikap sebagian orang Islam yang tidak mempedulikan al-Quran. Bahkan keluhan beliau itu langsung difirmankan oleh Allah SWT (misalnya) dalam Q.S. al-Furqân, 25: 3)."Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Qur'an ini sebagai sesuatu yang tidak diacuhkan."