Partai politik (parpol) memainkan peran penting dalam sistem politik demokrasi. Peran itu meliputi komunikasi politik, sosialisasi politik, artikulasi dan agregasi kepentingan, rekrutmen politik, dan pengelola konflik. Peran pengatur konflik seringkali dilupakan oleh parpol yang lebih cenderung untuk menduduki kekuasaan. Bahkan, konflik seringkali menjadi alat yang efektif bagi elit partai untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaannya. Hal ini kita temui dalam fenomena parpol di Indonesia pada masa transisi demokrasi sekarang ini. Fenomena parpol sebagai conflict entrepreneur ini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana sebenarnya pandangan atau sikap parpol tentang konflik. Tulisan ini memiliki fokus pada kehidupan parpol di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini didasari atas fakta bahwa DIY menjadi tempat penting bagi lahirnya proses transisi demokrasi di Indonesia. Fokus pembahasan di DIY ini jugalah yang kemudian menuntun penulis untuk mencoba menggali nilai-nilai javanese wisdom guna mendapatkan nilai-nilai lokal yang berpengaruh terhadap sikap seseorang dalam berkonflik. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner yang diberikan kepada pengurus dan anggota parpol yang memiliki fraksi sendiri di DPRD tingkat II di empat kabupaten/kota di DIY. Untuk lebih mendalami temuan, hasil kuisioner kemudian didiskusikan dalam Focus Group Discussion dan wawancara mendalam dengan beberapa narasumber. Hasil olahan data kemudian dianalisis dan disampaikan dalam narasi deskriptif.