Show simple item record

dc.contributor.advisorSRI ATMAJA PJNNR
dc.contributor.advisorDIAN SETIAWAN
dc.contributor.authorDEVI P., RAHARDHITA LUTHFIANA
dc.date.accessioned2017-06-15T01:50:35Z
dc.date.available2017-06-15T01:50:35Z
dc.date.issued2017-05-26
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/11027
dc.description.abstractAkomodasi pengangkutan barang dan penumpang di Kabupaten Bandung kerap dilakukan melaui jalur darat baik itu dengan bus, truk maupun kereta api. Akan tetapi luas lahan dasar terminalnya masih di bawah rata-rata yaitu pada kelas B. Selain itu, adanya masalah transportasi seperti urban sprawl dan spill over Kota Bandung yang menyebabkan kemacetan di daerah perbatasan dengan Kabupaten Bandung. Tak heran kini sudah banyak masyarakat yang beralih menuju moda transportasi kereta api. Keberadaan moda transportasi kereta api mempunyai peranan yang cukup pentig dalam perekonomian dan bagi kehidupan sosial warga Kabupaten Bandung karena kereta api memegang kendali strategis bagi pendistribusian barang, jasa, serta penumpang ketempat yang dituju. Dengan keunggulan moda transportasi ini, maka pemerintah berencana membangun jalur kereta api ganda lintas layanan Cicalengka – Nagreg – Lebak Jero yang merupakan tiga stasiun teramai di Kabupaten Bandung. Pada perencanaan pembangunan jalur kereta api ganda di lintas layanan tersebut dibutuhkan pengkajian mengenai pola operasi jalur kereta api ganda, guna mendukung upaya pemerintah mengoptimalkan perekonomian Kabupaten Bandung. Analisa dalam penelitian ini direncanakan menggunakan data sekunder yang didapat dari instansi terkait serta berdasarkan beberapa peraturan yakni Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2009, Peraturan Menteri 43 Tahun 2011 dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2007. Kajian pola operasi jalur kereta api ganda mempertimbangkan tipikal tata letak dan panjang efektif jalur di stasiun, pengaturan lalu lintas kereta api dan rute-rute perjalanan kereta api di stasiun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan ketiga stasiun akan meningkat Karena adanya penambahan frekuensi KA perkotaan dan antar kota per harinya, yaitu 98 kereta api penumpang pada ketiga stasiun, yaitu Stasiun Cicalengka, Stasiun Nagreg dan Stasiun Lebak Jero. Panjang efektif jalur stasiun didapat sepanjang 250 m. Pengaturan lalu lintas yang direncanakan untuk Stasiun Cicalengka, yaitu rute terbentuk dan terpakai berjumlah 10 rute dengan rasio rute berkonflik 0,84 dan tingkat pembebanan rute sebesar 0,746, Stasiun Nagreg dengan rute terbentuk dan terpakai berjumlah 4 rute, rasio rute berkonflik 0,625, dan tingkat pembebanan rute sebesar 0,61, pada Stasiun Lebak Jero didapatkan hasil rute terbentuk dan terpakai berjumlah 4 rute, dengan rasio rute berkonflik 0,625 dan tingkat pembebanan rute 0,53.en_US
dc.description.sponsorshipAkomodasi pengangkutan barang dan penumpang di Kabupaten Bandung kerap dilakukan melaui jalur darat baik itu dengan bus, truk maupun kereta api. Akan tetapi luas lahan dasar terminalnya masih di bawah rata-rata yaitu pada kelas B. Selain itu, adanya masalah transportasi seperti urban sprawl dan spill over Kota Bandung yang menyebabkan kemacetan di daerah perbatasan dengan Kabupaten Bandung. Tak heran kini sudah banyak masyarakat yang beralih menuju moda transportasi kereta api. Keberadaan moda transportasi kereta api mempunyai peranan yang cukup pentig dalam perekonomian dan bagi kehidupan sosial warga Kabupaten Bandung karena kereta api memegang kendali strategis bagi pendistribusian barang, jasa, serta penumpang ketempat yang dituju. Dengan keunggulan moda transportasi ini, maka pemerintah berencana membangun jalur kereta api ganda lintas layanan Cicalengka – Nagreg – Lebak Jero yang merupakan tiga stasiun teramai di Kabupaten Bandung. Pada perencanaan pembangunan jalur kereta api ganda di lintas layanan tersebut dibutuhkan pengkajian mengenai pola operasi jalur kereta api ganda, guna mendukung upaya pemerintah mengoptimalkan perekonomian Kabupaten Bandung. Analisa dalam penelitian ini direncanakan menggunakan data sekunder yang didapat dari instansi terkait serta berdasarkan beberapa peraturan yakni Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2009, Peraturan Menteri 43 Tahun 2011 dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2007. Kajian pola operasi jalur kereta api ganda mempertimbangkan tipikal tata letak dan panjang efektif jalur di stasiun, pengaturan lalu lintas kereta api dan rute-rute perjalanan kereta api di stasiun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan ketiga stasiun akan meningkat Karena adanya penambahan frekuensi KA perkotaan dan antar kota per harinya, yaitu 98 kereta api penumpang pada ketiga stasiun, yaitu Stasiun Cicalengka, Stasiun Nagreg dan Stasiun Lebak Jero. Panjang efektif jalur stasiun didapat sepanjang 250 m. Pengaturan lalu lintas yang direncanakan untuk Stasiun Cicalengka, yaitu rute terbentuk dan terpakai berjumlah 10 rute dengan rasio rute berkonflik 0,84 dan tingkat pembebanan rute sebesar 0,746, Stasiun Nagreg dengan rute terbentuk dan terpakai berjumlah 4 rute, rasio rute berkonflik 0,625, dan tingkat pembebanan rute sebesar 0,61, pada Stasiun Lebak Jero didapatkan hasil rute terbentuk dan terpakai berjumlah 4 rute, dengan rasio rute berkonflik 0,625 dan tingkat pembebanan rute 0,53.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.subjectJALUR KERETA API GANDAen_US
dc.subjectPOLA OPERASIen_US
dc.subjectRUTE BERKONFLIKen_US
dc.subjectSTASIUNen_US
dc.titleSTUDI POLA OPERASI JALUR KERETA API GANDA LINTAS LAYANAN CICALENGKA – NAGREG – LEBAK JERO (STUDI KASUS : STASIUN CICALENGKA - NAGREG-LEBAK JERO)en_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record