ANALISIS PRAGMATIK JUJU HYŌGEN DALAM BAHASA JEPANG
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk juju hyōgen apa saja yang dituturkan oleh nenpai no kata dan wakamono serta perbedaanya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembelajar bahasa Jepang dalam menggunakan juju hyōgen bentuk morau dan kureru serta bentuk kesopanannya. Selain itu dapat mengetahui makna pragmatik yang terdapat dalam juju hyōgen.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Analisis data yang digunakan adalah dengan cara menjabarkan data yang diperoleh untuk mencari penggunaan juju hyōgen oleh nenpai no kata dan wakamono serta mencari perbedaanya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nenpai no kata menggunakan dua bentuk juju hyōgen yaitu kureru dan morau. Selain itu, nenpai no kata menggunakan prinsip kesopanan yaitu maksim kemurahan dan juga maksim kesimpatian dalam tuturannya. Bahasa yang dipakai oleh nenpai no kata semuanya menggunakan teineigo, karena terdapat faktor usia dan hubungan sosial kepada lawan tutur pada saat wawancara dilaksanakan. Sedangkan wakamono menggunakan tiga bentuk juju hyōgen yaitu kudasaru, kureru dan morau. Selain itu, wakamono menggunakan prinsip kesopanan yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan dan juga maksim kesimpatian dalam tuturannya. Bahasa yang dipakai oleh wakamono hampir semuanya menggunakan teineigo, akan tetapi ada dua tuturan yang menggunakan bentuk sonkeigo. Penggunaan bentuk teineigo didasari oleh faktor hubungan sosial yaitu antara pewawancara dengan narasumber, sedangkan penggunaan sonkeigo karena didasari pada faktor keakraban antara pewawancara dengan narasumber.
Perbedaan penggunaa juju hyōgen antara nenpai no kata dan wakamono antara lain : 1) Penggunaan juju hyōgen bentuk kudasaru tidak dituturkan oleh nenpai no kata karena terdapat faktor yang menentukan tingkat kesopanan dalam berbahasa yaitu usia. 2) Nenpai no kata lebih banyak menggunakan kata morau yang memiliki makna ilokusi yaitu rasa terima kasih, sedangkan wakamono lebih sering menggunakan kata kureru yang memiliki makna ilokusi yaitu rasa apresiasi. 3) Setiap tuturan nenpai no kata dipengaruhi oleh faktor usia dan hubungan sosial, sedangkan setiap tuturan wakamono dipengaruhi oleh faktor keakraban dan hubungan sosial.