Show simple item record

dc.contributor.authorSUSANAWATI, SUSANAWATI
dc.date.accessioned2017-08-29T02:12:47Z
dc.date.available2017-08-29T02:12:47Z
dc.date.issued2017-08
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/13704
dc.descriptionTanaman Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang cukup potensial. Hal ini dikarenakan hingga saat ini jenis komoditas bawang merah secara luas dan umum telah banyak dikembangkan oleh masyarakat dan mempunyai peluang pasar yang cukup baik. Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja serta mampu memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Bawang merah dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun umbi yang sudah matang (Thompson dan Kelly, 1987). Manfaat dari bawang merah adalah sebagai sumber karbohidrat, vitamin A, B, dan C (Anyanwu, 2003). Menurut Rahayu dan Berlian (2008), dalam umbi bawang merah terdapat komponen lain yang dinamakan allin, yaitu suatu senyawa yang mengandung asam amino tidak berbau, tidak berwarna, dan dapat larut dalam air. Manfaat utama dari bawang merah yang sebenarnya adalah sebagai bumbu penyedap rasa makanan. (Rahayu dan Berlian, 2008). Menurut data BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2012), wilayah di Pulau Jawa yang menghasilkan bawang merah adalah Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, dan Banten. Kabupaten Brebes merupakan wilayah penghasil bawang merah terbesar di Provinsi Jawa Tengah, karena mampu memberikan kontribusi sebesar 67,83% terhadap produksi bawang merah di provinsi tersebut dan sisanya (32,17%) berasal dari kabupatan/kota bukan penghasil bawang merah. Produksi bawang merah di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 mencapai 222,862 ribu ton atau naik sekitar 24,47 ribu ton (12,3%) dibandingkan tahun 2011 yang hanya berkisar 198,388 ribu ton. Dari jumlah tersebut , sebanyak 168,220 ribu ton berasal dari Kabupaten Nganjuk, sisanya dari Kabupaten Probolinggo 42,07 ribu ton dan Kabupaten Pamekasan sebesar 12,57 ribu ton. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Nganjuk merupakan sentra produksi bawang merah di Provinsi Jawa imur.(www.leisaindonesia.com). Daerah penghasil bawang merah di Provinsi Jawa Barat adalah Kabupaten Cirebon, Majalengka, Bandung, dan Garut. Selama kurun waktu tahun 2005 sampai 2009, rata-rata produksi bawang merah dari keempat kabupaten tersebut berturut-turut sebesar 36.228,6 ton, 32.949,2 ton, 10.634 ton, dan 3.418,2 ton. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Cirebon merupakan daerah penghasil utama bawang merah di Provinsi Jawa Barat, meskipun masih terdapat beberapa kabupaten yang memproduksi bawang merah dalam jumlah yang kecil. Pola produksi bawang merah di Pulau Jawa pada umumnya menggunakan sistem monokultur dan tumpang gilir. Musim tanam bawang merah di Kabupaten Cirebon tiga kali dalam satu tahun yaitu bulan April - Desember untuk petani yang dekat dengan sumber air dan bulan April - Agustus untuk yang jauh dari sumber air. Adapun pola pergiliran tanaman yang banyak dipakai petani adalah bekas tanaman tebu-bawang merah-bawang merah- bawang merah- jagung manis. Musim tanam bawang merah di Kabupaten Brebes juga terjadi tiga kali dalam satu tahun yaitu bulan April-Mei, Juli-Agustus, dan Oktober-November dengan pola pergiliran tanaman padi-bawang merah-bawang merah-bawang merah. Waktu tanam bawang merah di daerah sentra produksi Nganjuk terjadi dua kali dalam satu tahun yaitu pada bulan Juni-Juli dan September-Oktober dengan pola pergiliran tanaman padi-kedelai-bawang merah-bawang merah, Usahatani bawang merah memerlukan biaya produksi dan memiliki risiko produksi yang tinggi. Kondisi tersebut dapat menyebabkan pendapatan petani tidak maksimal. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pendapatan petani bawang merah di pulau Jawa dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan tersebut. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi petani untuk meningkatkan produksi dan pendapatannya.en_US
dc.description.abstractBawang merah merupakan komoditas pertanian strategis yang dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun umbi yang sudah matang. Manfaat utama dari bawang merah yang sebenarnya adalah sebagai bumbu penyedap rasa masakan. Sentra produksi bawang merah nasional berada di Pulau Jawa tepatnya di Kabupaten Brebes, Cirebon, dan Nganjuk. Guna mengembangkan produktitivitas komoditas tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Cirebon, Brebes, dan Nganjuk dengan jumlah sampel 30 petani pada tiap lokasi yang diambil secara random. Data yang digunakan merupakan data primer untuk satu musim tanam yaitu musim tanam kedua untuk Kabupaten Cirebon (April-Mei), dan Kabupaten Nganjuk (Juli-Agustus), serta musim tanam pertama untuk Kabupaten Brebes (Maret-April). Pendapatan usahatani bawang merah dianalisis secara matematis. Model UOP Profit Function digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktifitas dan pendapatan petani paling tinggi terjadi di Kabupaten Nganjuk, kemudian diikuti Kabupaten Cirebon, dan terakhir Kabupaten Brebes. Pengeluaran untuk benih atau bibit memberikan kontribusi paling tinggi terhadap total biaya usahatani bawang merah pada semua lokasi penelitian. Harga benih mempengaruhi pendapatan usahatani di Kabupaten Brebes dan Cirebon. Upah tenaga kerja dan harga insektisida mempengaruhi pendapatan usahatani di Kabupaten Brebes serta Nganjuk.en_US
dc.language.isoenen_US
dc.subjectFarming income, UOP Profit Function, Shalloten_US
dc.titleFACTORS INFLUENCING INCOME OF SHALLOT FARMING IN JAVA INDONESIAen_US
dc.typeWorking Paperen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

  • SEMINAR
    Berisi materi dosen (bukan sertifikat) yang dipresentasikan dalam seminar lokal, nasional maupun internasional diluar UMY, baik sebagai perserta Call for Paper, presenter, narasumber maupun keynote speaker.

Show simple item record