HUBUNGAN PEMBERIAN SUPLEMENTASI BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA ANAK DENGAN RIWAYAT KELAHIRAN KURANG BULANDAN CUKUP BULAN PADA USIA 9-24 BULAN
Abstract
Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi nutrien tersering pada anak di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Angka kejadian anemia defisiensibesi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1%. SKRT tahun 2004 menyebutkan angka anemia defisiensi besi pada balita adalah 39% dan 24% untuk usia sekolah (5-11 tahun).
Metode: Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Case Control untuk mengetahui status Hb setelah diberi suplementasi besi. Diantara 62 sampel anak usia 9-24 bulan, terdiri dari 9 anak dengan riwayat kelahiran kurang bulan dan 53 anak dengan riwayat kelahiran cukup bulan. Penelitian ini melihat status Hb anak sebagai diagnosis anemia defisiensi besi.Pengumpulan data melalui rekam medis dan wawancara terpimpin melalui telepon.Uji statistik menggunakan uji Fisher dan Cat Maker.
Hasil: Hasil analisa pemberian suplementasi besi terhadap kejadian anemia defisiensi besi pada anak dengan riwayat kelahiran kurang bulan pada usia 9-24 bulan adalah 0,500 dengan p>0,05. Sedangkan pada pemberian suplementasi besi terhadap kejadian anemia defisiensi besi pada anak dengan riwayat kelahiran cukup bulan pada usia 9-24 bulan adalah CI 4,620 - 7,630.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara suplementasi besi terhadap kejadian anemia defisiensi besi pada anak dengan riwayat kelahiran kurang bulan pada anak usia 9-24 bulan. Sedangkan terdapat hubungan antara suplementasi besi dengan kejadian anemia defisiensi besi pada anak dengan riwayat kelahiran cukup bulan pada usia 9-24 bulan. Insidensi anemia defisiensi besi lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.