dc.description.abstract | Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok
tertinggi di dunia dan jumlah pria perokok di Indonesia tercatat kedua tertinggi di
dunia. Salah satu faktor yang mempengaruhi merokok adalah faktor keluarga,
dimana terganggunya fungsi keluarga dapat memicu munculnya perilaku
merokok. Fungsi fisiologis sebuah keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap
anggota keluarga dapat dinilai menggunakan kuesioner APGAR keluarga.
Kuesioner APGAR keluarga tersebut dapat digunakan untuk menilai hubungan
antar anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
desain cross sectional. Tehnik sampling yang digunakan pada penelitian ini
adalah total sampling dengan subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas
Pertanian UMY angkatan 2016 sebanyak 35 responden. Penelitian ini
dilaksanakan bulan Juni-Juli 2017. Pengumpulan data menggunakan kuesioner
APGAR keluarga dan kuesioner perilaku merokok. Analisis data menggunakan
uji Spearman.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 17 responden yang
merupakan perokok ringan berasal dari keluarga yang memiliki fungsi keluarga
sehat. Sedangkan, 3 responden yang merupakan perokok sedang berasal dari
keluarga dengan disfungsi keluarga sedang dan 12 responden berasal dari
keluarga dengan fungsi keluarga sehat. Selain itu diketahui bahwa 1 responden
yang merupakan perokok berat berasal dari keluarga dengan disfungsi keluarga
sedang dan sebanyak 2 responden berasal dari keluarga yang memiliki fungsi
keluarga sehat. Hasil uji Spearman diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,030
(p<0,05) dan nilai korelasi Spearman (R) sebesar -0,366.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara skor APGAR keluarga dengan perilaku
merokok. Korelasi berada pada kategori kekuatan lemah dan arah korelasi negatif
sehingga semakin tinggi skor APGAR keluarga maka perilaku merokok semakin
rendah. | en_US |