ANALISIS TINGKAT BAHAYA DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP BANJIR LAHAR HUJAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PABELAN PIAS ATAS
Abstract
Banjir lahar hujan merupakan bahaya sekunder dari peristiwa bencana erupsi gunung berapi hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh salah satu faktor yakni curah hujan. (Noor, 2006). Pasca erupsi Gunung Merapi Tahun 2010 dan curah hujan yang tinggi di Gunung Merapi itu sendiri menyebabkan banjir lahar hujan yang menerjang beberapa desa di sekitar Daerah Aliran Sungai( DAS). Salah satu contoh Sungai yang terkena dampaknya yaitu Sungai Pabelan dan beberapa daerah di sekitarnya. Dampak-dampak dari lahar hujan yaitu terjadinya kerusakan fasilitas maupun sarana dan prasarana umum, terjadinya kerusakan bangunan dan asset pribadi, mengganggu jalan listrik dan lalu lintas, menyebabkan lingkungan kotor serta menyebarkan bibit penyakit.
Penelitan ini dilakukan pada Daerah Aliran Sungai Pabelan khususnya pias atas yaitu dari Jembatan Senowo sampai Jembatan Pabelan 1 yang mengaliri Desa/Kelurahan Gondosuli dan Desa/Kelurahan Tamanagung. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 17 April 2017 sampai 3 mei 2017. Analisis data yang dilakukan yaitu dengan menentukan bobot dari beberapa parameter berdasar pada hasil kuesioner/wawancara dari beberapa pakar dan ahli terkait yang berisi tentang seberapa besar pengaruh suatu parameter terhadap tingkat bahaya banjir lahar hujan dan kawasan yang rentan terhadap banjir lahar hujan.
Dari hasil analisis berdasarkan penelitian tahun 2017 yaitu Tingkat bahaya banjir lahar hujan di wilayah Sungai Pabelan Pias Atas masuk ke dalam kategori kelas tinggi dengan skor total > 2,34 yaitu 2,66. kerentanan masyarakat terhadap banjir lahar hujan di Desa/Kelurahan Tamanagung dan Gondosuli masuk ke dalam kelas sangat rentan dengan skor kerentanan total adalah 7,33 dan 9,12. Tingkat kapasitas Masyarakat yang berada di Desa/Kelurahan Tamanagung dan Desa/Kelurahan Gondosuli yaitu Masyarakat tangguh bencana utama dan Masyarakat tangguh bencana madya.