Show simple item record

dc.contributor.advisorSRIYADI, SRIYADI
dc.contributor.authorARFIANTI, NESYA
dc.date.accessioned2018-01-24T03:00:59Z
dc.date.available2018-01-24T03:00:59Z
dc.date.issued2017-12-26
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/17219
dc.descriptionCabai merah merupakan salah satu tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan oleh petani. Masalah yang dihadapi oleh petani adalah mengenai fluktuasi harga dan serangan hama yang menyebabkan gagal panen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya biaya, keuntungan, analisis kelayakan dan risiko yang akan dihadapi petani dalam usahatani cabai merah dengan pola tanam monokultur maupun tumpangsari di Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Responden dalam penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling sebanyak 80 petani cabai merah baik dengan pola tanam monokultur maupun tumpangsari. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data diperoleh dengan teknik wawancara dengan bantuan kuisioner. Analisis data menggunakan pendapatan, kelayakan, dan risiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan petani cabai merah monokultur, cabai merah dengan tumpangsari buncis, cabai merah dengan tumpangsari sawi, dan cabai merah dengan tumpangsari timun berurut-turut adalah Rp. 6.664.062, Rp. 5.835.225, Rp. 6.977.979, dan Rp. 7.418.558.Usahatani cabai merah dengan pola tanam monokultur maupun tumpangsari di Desa Wukirsari layak untuk dijalankan berdasarkan R/C, produktivitas modal, produktivitas lahan, dan produktivitas tenaga kerja. Risiko produksi yang dihadapi petani tertinggi pada cabai merah dengan pola tanam monokultur sebesar 0,11, risiko harga tertinggi pada cabai merah pola tanam tumpangsari dengan buncis sebesar 0,25.en_US
dc.description.abstractChilli is one of horticulture that many are farming. The farmer’s problems are fluctuation of price and pest attacks that cause crop failure. This research was aimed to analyze costs, profit,eligibility, and the risk which farmer to be faced in red pepper farming with monoculture cropping and intercropping in Wukirsari village, subdistrict of Cangkringan, Sleman regency. The respondents in this research was taken through purposive sampling method of eighty chilli farmers as well with monoculture or intercropping patterns. The data that was used are secondary and premier data. The data was taken through interview technique using questionnaire. The data analysis using income, appropriateness, and risk. The result of this research was represented that the income coverage of chilli farmer using monoculture patterns,chilli with intercropping of beans, chilli with intercropping of mustard, and chilli with intercropping of cucumber an respectively is Rp. 6.664.062, Rp. 5.835.225, Rp. 6.977.979, and Rp. 7.418.558. The chilli farming using monoculture pattern or intercropping pattern in Wukirsari village is feasible to do that based on R/C, productivity of capital, productivity of land, and productivity of labour. The highest risk of production that was faced by red paper farmer using monoculture cropping is 0,11, the highest risk of red pepper using intercropping of beans is 0,25.en_US
dc.publisherFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectred pepper, intercropping pattern, and risk cabai merah, pola tumpangsari, daerah erupsi dan risiko.en_US
dc.titleANALISIS RISIKO USAHATANI CABAI MERAH DENGAN POLA TANAM TUMPANGSARI DI DAERAH ERUPSI MERAPI KABUPATEN SLEMANen_US
dc.typeThesis SKR F P 205en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record