Show simple item record

dc.contributor.advisorSUKMONO, FILOSA GITA
dc.contributor.authorDARAJAH, M.SOHIBUL
dc.date.accessioned2018-03-14T02:42:27Z
dc.date.available2018-03-14T02:42:27Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/17933
dc.descriptionAbrasi merupakan proses pengikisan pantai yang disebabkan oleh erosi arus dan hantaman gelombang laut dan/atau pasang surut laut yang bersifat merusak di sekitarnya. Kejadian tersebut bukan hanya menggangu perekonomian masyarakat setempat namun berkurangnya pendapatan negara terutama Kabupaten Bantul di bidang pariwisata. BPBD Kabupaten Bantul menyatakan tingkat abrasi di sepanjang pantai Bantul tergolong tinggi. Selama 6 tahun terakhir ini mencapai 100 meter di sejumlah titik pantai. Setiap tahun Bantul kehilangan 2 meter daratan. (BPBD) Kabupaten Bantul melaporkan gelombang tinggi di Pantai Samas menyebabkan 15 kepala keluarga (KK) dengan total sekitar 75 jiwa. Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk meneliti bagaimana manajemen komunikasi bencana yang diterapkan oleh BPBD Kabupaten Bantul guna mengurangi resiko bancana abrasi di kawasan Pantai Selatan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian studi kasus deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bermaksud membuat pemeriaan (penyandaran) secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Penelitian ini dilakukan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi pustaka . Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menegaskan bahwa Manajemen Komunikasi Bencana yang dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul tergolong baik, mengingat BPDB Kab. Bantul dapat membantu menanggulangi bencana yang terjadi dan meminimalisir korban dalam bencana. Walaupun pada kenyataannya didalam keberhasilan tersebut terdapat faktor pendukung oleh media komunikasi yang digunakan, yaitu media sosial, koordinasi yang baik dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait, kesadaran masyarakat tentang bahaya bencarna, dan anggaran bencana yang datang dari berbagai pihak. Sedangkan faktor penghambat nya adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya abrasi, disamping terdapat faktor lain seperti bangunan yang menempati lokasi bahaya, koordinasi yang kurang baik, dan bangunan yang tidak kokoh.en_US
dc.description.abstractAbrasi merupakan proses pengikisan pantai yang disebabkan oleh erosi arus dan hantaman gelombang laut dan/atau pasang surut laut yang bersifat merusak di sekitarnya. Kejadian tersebut bukan hanya menggangu perekonomian masyarakat setempat namun berkurangnya pendapatan negara terutama Kabupaten Bantul di bidang pariwisata. BPBD Kabupaten Bantul menyatakan tingkat abrasi di sepanjang pantai Bantul tergolong tinggi. Selama 6 tahun terakhir ini mencapai 100 meter di sejumlah titik pantai. Setiap tahun Bantul kehilangan 2 meter daratan. (BPBD) Kabupaten Bantul melaporkan gelombang tinggi di Pantai Samas menyebabkan 15 kepala keluarga (KK) dengan total sekitar 75 jiwa. Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk meneliti bagaimana manajemen komunikasi bencana yang diterapkan oleh BPBD Kabupaten Bantul guna mengurangi resiko bancana abrasi di kawasan Pantai Selatan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian studi kasus deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bermaksud membuat pemeriaan (penyandaran) secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Penelitian ini dilakukan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi pustaka . Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menegaskan bahwa Manajemen Komunikasi Bencana yang dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul tergolong baik, mengingat BPDB Kab. Bantul dapat membantu menanggulangi bencana yang terjadi dan meminimalisir korban dalam bencana. Walaupun pada kenyataannya didalam keberhasilan tersebut terdapat faktor pendukung oleh media komunikasi yang digunakan, yaitu media sosial, koordinasi yang baik dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait, kesadaran masyarakat tentang bahaya bencarna, dan anggaran bencana yang datang dari berbagai pihak. Sedangkan faktor penghambat nya adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya abrasi, disamping terdapat faktor lain seperti bangunan yang menempati lokasi bahaya, koordinasi yang kurang baik, dan bangunan yang tidak kokoh.en_US
dc.publisherFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectPENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BANTUL DALAM MENGURANGI RISIKO BENCANA ABRASI DI KAWASAN PANTAI SELATANen_US
dc.titleMANAJEMEN KUMUNIKASI BENCANA BADAN PENANGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BANTUL DALAM MENGURANGI RESIKO BENCANA ABRASI DIKAWASAN PANTAI SELATANen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record