MANAJEMEN KUMUNIKASI BENCANA BADAN PENANGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BANTUL DALAM MENGURANGI RESIKO BENCANA ABRASI DIKAWASAN PANTAI SELATAN
Abstract
Abrasi merupakan proses pengikisan pantai yang disebabkan oleh erosi arus dan hantaman gelombang laut dan/atau pasang surut laut yang bersifat merusak di sekitarnya. Kejadian tersebut bukan hanya menggangu perekonomian masyarakat setempat namun berkurangnya pendapatan negara terutama Kabupaten Bantul di bidang pariwisata. BPBD Kabupaten Bantul menyatakan tingkat abrasi di sepanjang pantai Bantul tergolong tinggi. Selama 6 tahun terakhir ini mencapai 100 meter di sejumlah titik pantai. Setiap tahun Bantul kehilangan 2 meter daratan. (BPBD) Kabupaten Bantul melaporkan gelombang tinggi di Pantai Samas menyebabkan 15 kepala keluarga (KK) dengan total sekitar 75 jiwa. Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk meneliti bagaimana manajemen komunikasi bencana yang diterapkan oleh BPBD Kabupaten Bantul guna mengurangi resiko bancana abrasi di kawasan Pantai Selatan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian studi kasus deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bermaksud membuat pemeriaan (penyandaran) secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Penelitian ini dilakukan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi pustaka .
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menegaskan bahwa Manajemen Komunikasi Bencana yang dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul tergolong baik, mengingat BPDB Kab. Bantul dapat membantu menanggulangi bencana yang terjadi dan meminimalisir korban dalam bencana. Walaupun pada kenyataannya didalam keberhasilan tersebut terdapat faktor pendukung oleh media komunikasi yang digunakan, yaitu media sosial, koordinasi yang baik dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait, kesadaran masyarakat tentang bahaya bencarna, dan anggaran bencana yang datang dari berbagai pihak. Sedangkan faktor penghambat nya adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya abrasi, disamping terdapat faktor lain seperti bangunan yang menempati lokasi bahaya, koordinasi yang kurang baik, dan bangunan yang tidak kokoh.
Collections
Related items
Showing items related by title, author, creator and subject.
-
MANAJEMEN KOMUNIKASI BENCANA BADAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PEMERINTAH DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Studi kasus Manajemen Komunikasi Bencana Oleh Badan Koordinasi Penanggulangan bencana Daerah (BKPBD) Pemerintah Kota Yogyakarta dalam Penangan Bencana Lahar Hujan Wilayah Kali Code Tahun 2011)
PRADHANA, GHOZIAN AULIA (FISIPOL UMY, 2012-06-17)Bencana lahar hujan Kali Code pad atahun 2011 lalu merupakan bencana yang rutin teradi setiap tahunnya. Maka penanganan khusus dalam manajemen komunikasi bencana oleh Pemerintah Kota Yogyakarta merupakan hal yang mutlak ... -
STRATEGI KOMUNIKASI BENCANA BERBASIS JURNALISME SENSITIF BENCANA DALAM PENANGANAN BENCANA ERUPSI MERAPI
ROCHIMAH, TRI HASTUTI NUR; JUNAEDI, FAJAR (UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA, 2013)Bencana erupsi Gunung Merapi tahun 2010 telah memberikan pelajaran berharga dalam peliputan dan reportase jurnalistik di televisi. Informasi melalui televisi mengenai perkembangan yang terjadi dalam erupsi Gunung Merapi ... -
MANAJEMEN KOMUNIKASI BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SLEMAN DALAM RELOKASI DAN REHABILITASI PASCA BENCANA MERAPI
RUSBIYANTO, RUSBIYANTO (FISIPOL UMY, 2013-07-27)Pada 26 Oktober 2010 Gunung Merapi mengalami erupsi pertama dan selanjutnya berturut-turut hinggal awal nopember 2010. Kejadian erupsi tersebut mengakibatkan jatuhnya korban jiwa sebanyak 242 orang meninggal di wilayah DIY ...