Show simple item record

dc.contributor.advisor
dc.contributor.authorAJRIANA, LAELI
dc.date.accessioned2018-03-23T07:00:49Z
dc.date.available2018-03-23T07:00:49Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/18180
dc.descriptionLatar Belakang : Hipotiroid kongenital merupakan kekurangan hormon tiroid pada bayi baru lahir dengan reterdasi mental, perawakan pendek, muka dan tangan tampak sembab dan sering kali tuli mutisme. Indonesia pada tahun 2010 ditemukan penderita hipotiroid kongenital sebanyak 595 kasus. Kejadian hipotiroid tertinggi didapat pada anak Asia. Untuk mencegah terjadinya hipotiroid kongenital diberikan terapi berupa hormon tiroksin. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kadar FT4 serum setelah pemberian terapi jalan cepat dan hormon tiroksin pada tikus hipotiroid kongenital. Metode : Penelitian ini berupa penelitian eksperimental dengan desain kelompok kontrol dan postes. Sampel penelitiannya adalah induk tikus Sparague Dawley usia 4-5 bulan. Sampel dibagi dalam empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, PTU tanpa latihan, PTU latihan, PTU dan tiroksin. Pemberian dosis PTU yaitu 0,1 gr/L selama bunting. Latihan dilakukan setelah anak tikus berusia 12 hari. Pemberian tiroksin diberikan sampai anak tikus usia 12 bulan dengan dosis 0,6 ug/g.BB Uji pengambilan kesimpulan menggunakan kruskal wallis test. Hasil : Kadar serum FT4 tertinggi adalah kelompok PTU tiroksin yaitu FT4 1,016+0,39 ng/L, diikuti PTU latihan 0,988+0,32 ng/L , kelompok kontrol FT4 0,701 ± 0,25 ng/L , dan selanjutnnya PTU tanpa latihan 0,4975±0,23 ng/L. P=0.105. Kesimpulan : Jalan cepat meningkatkan kadar FT4 yang sama dengan kelompok kontrol maupun tiroksin, dan tikus hipotiroid berbeda tidak bermakna karena tidak di beri PTU lagi akan menyebabkan tikus hipotiroid kembali normal.en_US
dc.description.abstractLatar Belakang : Hipotiroid kongenital merupakan kekurangan hormon tiroid pada bayi baru lahir dengan reterdasi mental, perawakan pendek, muka dan tangan tampak sembab dan sering kali tuli mutisme. Indonesia pada tahun 2010 ditemukan penderita hipotiroid kongenital sebanyak 595 kasus. Kejadian hipotiroid tertinggi didapat pada anak Asia. Untuk mencegah terjadinya hipotiroid kongenital diberikan terapi berupa hormon tiroksin. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kadar FT4 serum setelah pemberian terapi jalan cepat dan hormon tiroksin pada tikus hipotiroid kongenital. Metode : Penelitian ini berupa penelitian eksperimental dengan desain kelompok kontrol dan postes. Sampel penelitiannya adalah induk tikus Sparague Dawley usia 4-5 bulan. Sampel dibagi dalam empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, PTU tanpa latihan, PTU latihan, PTU dan tiroksin. Pemberian dosis PTU yaitu 0,1 gr/L selama bunting. Latihan dilakukan setelah anak tikus berusia 12 hari. Pemberian tiroksin diberikan sampai anak tikus usia 12 bulan dengan dosis 0,6 ug/g.BB Uji pengambilan kesimpulan menggunakan kruskal wallis test. Hasil : Kadar serum FT4 tertinggi adalah kelompok PTU tiroksin yaitu FT4 1,016+0,39 ng/L, diikuti PTU latihan 0,988+0,32 ng/L , kelompok kontrol FT4 0,701 ± 0,25 ng/L , dan selanjutnnya PTU tanpa latihan 0,4975±0,23 ng/L. P=0.105. Kesimpulan : Jalan cepat meningkatkan kadar FT4 yang sama dengan kelompok kontrol maupun tiroksin, dan tikus hipotiroid berbeda tidak bermakna karena tidak di beri PTU lagi akan menyebabkan tikus hipotiroid kembali normal.en_US
dc.publisherFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjecthipotiroid kongenital, tiroksinen_US
dc.titleEFEK AKTIVITAS JALAN CEPAT DAN TERAPI TIROKSIN TERHADAP KADAR FT4 SERUM TIKUS HIPOTIROID KONGENITAL PADA MASA PERTUMBUHANen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record