Show simple item record

dc.contributor.advisor
dc.contributor.authorHANDAYANI, MUSTIKA TRI
dc.date.accessioned2018-04-16T02:39:10Z
dc.date.available2018-04-16T02:39:10Z
dc.date.issued2015-12-14
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/18450
dc.descriptionFilm Soegija adalah film yang mangangkat tentang uskup pribumi pertama di Indonesia. Nasionalisme pada film ini berbeda dengan film nasionalisme lainnya, peran utama dalam film ini adalah seorang uskup yang notabene beragama Katolik, agama minoritas di Indonesia. Sehingga pada awal kemunculannya banyak menimbulkan pro dan kontra. Masyarakat Indonesia menganggap film Soegija adalah film yang tidak layak tayang di Indonesia karena dianggap film kafir. Peneliti menggunakan reception analysis Stuart Hall untuk mengetahui bagaimana tanggapan khalayak tentang nasionalisme minoritas di Film Soegija. Informan dalam penelitian ini adalah umat beragama di Gereja Santo Yusup dan Masjid Jogokariyan. Dari pihak minoritas peneliti memilih tiga informan dari Gereja Santo Yusup dan dari pihak mayoritas peneliti memilih tiga orang informan dari Masjid Jogokariyan. Sehingga nantinya hasil penelitian ini tidak condong ke satu pihak. Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah penerimaan informan Gereja Santo Yusup menempati dominant hegemonic, dimana encoding dan decoding berbanding lurus, mereka 100% menerima pesan yang ada dalam film Soegija tanpa ada penyangkalan. Hasil berbeda didapatkan peneliti pada informan Masjid Jogokariyan, pesan yang diterima informan menempati posisi yang beragam, mulai dari dominant, negotiated, dan oppositional. Dari keseluruhan hasil yang didapat, peneliti menyimpulkan bahwa perbedaan penerimaan khalayak disebabkan oleh pengetahuan agama, pengalaman, lingkungan sosial, dan latar belakang pendidikan.en_US
dc.description.abstractFilm Soegija adalah film yang mangangkat tentang uskup pribumi pertama di Indonesia. Nasionalisme pada film ini berbeda dengan film nasionalisme lainnya, peran utama dalam film ini adalah seorang uskup yang notabene beragama Katolik, agama minoritas di Indonesia. Sehingga pada awal kemunculannya banyak menimbulkan pro dan kontra. Masyarakat Indonesia menganggap film Soegija adalah film yang tidak layak tayang di Indonesia karena dianggap film kafir. Peneliti menggunakan reception analysis Stuart Hall untuk mengetahui bagaimana tanggapan khalayak tentang nasionalisme minoritas di Film Soegija. Informan dalam penelitian ini adalah umat beragama di Gereja Santo Yusup dan Masjid Jogokariyan. Dari pihak minoritas peneliti memilih tiga informan dari Gereja Santo Yusup dan dari pihak mayoritas peneliti memilih tiga orang informan dari Masjid Jogokariyan. Sehingga nantinya hasil penelitian ini tidak condong ke satu pihak. Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah penerimaan informan Gereja Santo Yusup menempati dominant hegemonic, dimana encoding dan decoding berbanding lurus, mereka 100% menerima pesan yang ada dalam film Soegija tanpa ada penyangkalan. Hasil berbeda didapatkan peneliti pada informan Masjid Jogokariyan, pesan yang diterima informan menempati posisi yang beragam, mulai dari dominant, negotiated, dan oppositional. Dari keseluruhan hasil yang didapat, peneliti menyimpulkan bahwa perbedaan penerimaan khalayak disebabkan oleh pengetahuan agama, pengalaman, lingkungan sosial, dan latar belakang pendidikan.en_US
dc.publisherFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectReception Analysis, Film Soegija, Nasionalisme minoritasen_US
dc.titleASIONALISME MINORITAS DALAM FILM (ANALISIS PENERIMAAN PENONTON TERHADAP NASIONALISME MINORITAS AGAMA DALAM FILM SOEGIJA PADA REMAJA MASJID JOGOKARIYAN DAN DEWAN PAROKI GEREJA SANTO YUSUP)en_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record