Show simple item record

dc.contributor.advisor
dc.contributor.authorWIJAYA, DONNY
dc.date.accessioned2018-04-17T02:43:01Z
dc.date.available2018-04-17T02:43:01Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/18495
dc.descriptionPemilu Presiden dan Wakil Presiden secara langsung adalah bush dari Reformasi Tahun 1998 silam,yang merupakan perwujudan terjaganya iklim Demokrasi di Indonesia. Melalui Pemilihan Presiden secara langsung maka masyarakat dapat menentukan Presiden dan Wakil Presidennya atas kehendak sendiri dan tentunya melalui Pilpres pula masyarakat menggantungkan harapan agar Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih merupakan sosok yang benar-benar dapat menjadi tempat bagi masyarakat dalam menyampaikan aspirasi dan bisa menyambung aspirasi mereka untuk kemudian di implementasikan melalui Kebijakan-kebijakan. Sepanjang sejarah perjalanan Bangsa Indonesia sudah tiga kali bangsa ini melaksanakan pemilihan presiden secara langsung, tahun 2014 adalah Pemilihan Umum Presiden yang ke tiga. Tidak seperti Pilpres sebelumnya, dalam kampanye Pilpres tahun 2014 kemunculan figur Bung Karno yang dijadikan komoditas politik oleh kedua capres menjadi hal yang barn dan menarik untuk diteliti. Berangkat dari latar belakang ini penulis mengambil judul tentang "FIGUR BUNG KARNO SEBAGAI KOMODITAS POLITIK DALAM PILPRES 2014" Perumusan masalah dalam skripsi ini adalah : 1.Mengapa Figur bung Karno menjadi komoditas politik dalam Pilpres 2014? 2.Bagaimana Figur Bung Karno menjadi komoditas politik dalam strategi pemasaran politik partai GERINDRA dan PDIP pada Pilpres 2014? Untuk dapat menjelaskan dan menggambarkan secara objektif perumusan masalah di atas, penulis menggunakan metode penelitian diskriptif dan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi, sedangkan teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisa kualitatif. Kedua calon presiden pads pilpres 2014 menggunakan figur bung karno sebagai pidatonya yang berapi-api bak Bung Karno. Begitupun dengan Jokowi dengan blusukannya yang identik dengan perilaku Bung Karno yang sangat mencintai rakyat kecil. Kemunculan Figur Bung Karno dalam Pilpres 2014 sebagai komoditas politik disebababkan karma Budaya politik masyarakat Indonesia yang sangat paternalistik, membuat mereka cendrung menginginkan sosok pemimpin kharismatik yang dapat diterima oleh semua suku,ras,agama.dan golongandan mempunyai kapasitas untuk menanamkan satu bangsa satu negara (nasionalisme) pada mereka. Pada titik inilah kekuatan nostalgic Bung Karno wring dibangkitkan kembali sehingga keinginan alam bawah sadar masyarakat itu secara "imajiner" terfokus pada Bung Karno. Pilpres 2014 merupakan ikhtiar bangsa ini untuk tetap mewujudkan cita-citanya, tentu banyak hal yang perlu dibenahi. Munculnya Figur Bung Karno sebagai Komoditas Politikdalam Pilpres 2014 merupakan indikasi bangsa ini krisis Figur pemimpin, miskin generasi pemimpin yang berintegritas sehingga rakyat pun hanya bisa berangan-angan belaka mengenang romantisme historic. Pembenahan partai politik harus terns dilakukan, mengingat pentingnya peran parpol sebagai gerbang sirkulasi kepemimpinan di negeri ini demi harmonisnya iklim demokrasi untuk melunasi Janji-janji kemerdekaan.en_US
dc.description.abstractPemilu Presiden dan Wakil Presiden secara langsung adalah bush dari Reformasi Tahun 1998 silam,yang merupakan perwujudan terjaganya iklim Demokrasi di Indonesia. Melalui Pemilihan Presiden secara langsung maka masyarakat dapat menentukan Presiden dan Wakil Presidennya atas kehendak sendiri dan tentunya melalui Pilpres pula masyarakat menggantungkan harapan agar Presiden dan Wakil Presiden yang dipilih merupakan sosok yang benar-benar dapat menjadi tempat bagi masyarakat dalam menyampaikan aspirasi dan bisa menyambung aspirasi mereka untuk kemudian di implementasikan melalui Kebijakan-kebijakan. Sepanjang sejarah perjalanan Bangsa Indonesia sudah tiga kali bangsa ini melaksanakan pemilihan presiden secara langsung, tahun 2014 adalah Pemilihan Umum Presiden yang ke tiga. Tidak seperti Pilpres sebelumnya, dalam kampanye Pilpres tahun 2014 kemunculan figur Bung Karno yang dijadikan komoditas politik oleh kedua capres menjadi hal yang barn dan menarik untuk diteliti. Berangkat dari latar belakang ini penulis mengambil judul tentang "FIGUR BUNG KARNO SEBAGAI KOMODITAS POLITIK DALAM PILPRES 2014" Perumusan masalah dalam skripsi ini adalah : 1.Mengapa Figur bung Karno menjadi komoditas politik dalam Pilpres 2014? 2.Bagaimana Figur Bung Karno menjadi komoditas politik dalam strategi pemasaran politik partai GERINDRA dan PDIP pada Pilpres 2014? Untuk dapat menjelaskan dan menggambarkan secara objektif perumusan masalah di atas, penulis menggunakan metode penelitian diskriptif dan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi, sedangkan teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisa kualitatif. Kedua calon presiden pads pilpres 2014 menggunakan figur bung karno sebagai pidatonya yang berapi-api bak Bung Karno. Begitupun dengan Jokowi dengan blusukannya yang identik dengan perilaku Bung Karno yang sangat mencintai rakyat kecil. Kemunculan Figur Bung Karno dalam Pilpres 2014 sebagai komoditas politik disebababkan karma Budaya politik masyarakat Indonesia yang sangat paternalistik, membuat mereka cendrung menginginkan sosok pemimpin kharismatik yang dapat diterima oleh semua suku,ras,agama.dan golongandan mempunyai kapasitas untuk menanamkan satu bangsa satu negara (nasionalisme) pada mereka. Pada titik inilah kekuatan nostalgic Bung Karno wring dibangkitkan kembali sehingga keinginan alam bawah sadar masyarakat itu secara "imajiner" terfokus pada Bung Karno. Pilpres 2014 merupakan ikhtiar bangsa ini untuk tetap mewujudkan cita-citanya, tentu banyak hal yang perlu dibenahi. Munculnya Figur Bung Karno sebagai Komoditas Politikdalam Pilpres 2014 merupakan indikasi bangsa ini krisis Figur pemimpin, miskin generasi pemimpin yang berintegritas sehingga rakyat pun hanya bisa berangan-angan belaka mengenang romantisme historic. Pembenahan partai politik harus terns dilakukan, mengingat pentingnya peran parpol sebagai gerbang sirkulasi kepemimpinan di negeri ini demi harmonisnya iklim demokrasi untuk melunasi Janji-janji kemerdekaan.en_US
dc.publisherFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectkomoditas politik dalam pilpres 2014en_US
dc.titleFIGUR BUNG KARNO SEBAGAI KOMODITAS POLITIK DALAM PILPRES 2014(STUDI KASUS DPC PARTAI GERINDRA DAN DPC PDIP KOTA YOGYAKARTA)en_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record