FIGUR BUNG KARNO SEBAGAI KOMODITAS POLITIK DALAM PILPRES 2014(STUDI KASUS DPC PARTAI GERINDRA DAN DPC PDIP KOTA YOGYAKARTA)
Abstract
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara langsung adalah bush dari
Reformasi Tahun 1998 silam,yang merupakan perwujudan terjaganya
iklim Demokrasi di Indonesia. Melalui Pemilihan Presiden secara
langsung maka masyarakat dapat menentukan Presiden dan Wakil
Presidennya atas kehendak sendiri dan tentunya melalui Pilpres pula
masyarakat menggantungkan harapan agar Presiden dan Wakil Presiden
yang dipilih merupakan sosok yang benar-benar dapat menjadi tempat bagi
masyarakat dalam menyampaikan aspirasi dan bisa menyambung aspirasi
mereka untuk kemudian di implementasikan melalui Kebijakan-kebijakan.
Sepanjang sejarah perjalanan Bangsa Indonesia sudah tiga kali bangsa ini
melaksanakan pemilihan presiden secara langsung, tahun 2014 adalah
Pemilihan Umum Presiden yang ke tiga. Tidak seperti Pilpres sebelumnya,
dalam kampanye Pilpres tahun 2014 kemunculan figur Bung Karno yang
dijadikan komoditas politik oleh kedua capres menjadi hal yang barn dan
menarik untuk diteliti. Berangkat dari latar belakang ini penulis
mengambil judul tentang "FIGUR BUNG KARNO SEBAGAI
KOMODITAS POLITIK DALAM PILPRES 2014" Perumusan masalah
dalam skripsi ini adalah :
1.Mengapa Figur bung Karno menjadi komoditas politik dalam Pilpres
2014?
2.Bagaimana Figur Bung Karno menjadi komoditas politik dalam strategi
pemasaran politik partai GERINDRA dan PDIP pada Pilpres 2014?
Untuk dapat menjelaskan dan menggambarkan secara objektif perumusan
masalah di atas, penulis menggunakan metode penelitian diskriptif dan
teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi,
sedangkan teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisa kualitatif.
Kedua calon presiden pads pilpres 2014 menggunakan figur bung karno
sebagai pidatonya yang berapi-api bak Bung Karno. Begitupun dengan
Jokowi dengan blusukannya yang identik dengan perilaku Bung Karno
yang sangat mencintai rakyat kecil. Kemunculan Figur Bung Karno dalam
Pilpres 2014 sebagai komoditas politik disebababkan karma Budaya
politik masyarakat Indonesia yang sangat paternalistik, membuat mereka
cendrung menginginkan sosok pemimpin kharismatik yang dapat diterima
oleh semua suku,ras,agama.dan golongandan mempunyai kapasitas untuk
menanamkan satu bangsa satu negara (nasionalisme) pada mereka. Pada
titik inilah kekuatan nostalgic Bung Karno wring dibangkitkan kembali
sehingga keinginan alam bawah sadar masyarakat itu secara "imajiner"
terfokus pada Bung Karno. Pilpres 2014 merupakan ikhtiar bangsa ini
untuk tetap mewujudkan cita-citanya, tentu banyak hal yang perlu
dibenahi. Munculnya Figur Bung Karno sebagai Komoditas Politikdalam
Pilpres 2014 merupakan indikasi bangsa ini krisis Figur pemimpin, miskin
generasi pemimpin yang berintegritas sehingga rakyat pun hanya bisa
berangan-angan belaka mengenang romantisme historic. Pembenahan
partai politik harus terns dilakukan, mengingat pentingnya peran parpol
sebagai gerbang sirkulasi kepemimpinan di negeri ini demi harmonisnya
iklim demokrasi untuk melunasi Janji-janji kemerdekaan.