Show simple item record

dc.contributor.advisorJUNAEDI, FAJAR
dc.contributor.authorSARTI, ROFIA ISMANIA
dc.date.accessioned2018-06-27T03:36:21Z
dc.date.available2018-06-27T03:36:21Z
dc.date.issued2018-04-25
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/19770
dc.descriptionPenelitian ini untuk mengungkap mengenai wacana perempuan yang ada di berita Pojok Kampung. Menggunakan topeng kedaerahan, Pojok Kampung menjadi program unggulan di JTV Surabaya yang bernaung di bawah bendera Jawa Pos Group. Wacana perempuan merupakan sebuah pertarungan yang melibatkan kekuasaan dan pengetahuan baik dari segi ekonomi, politik, budaya, maupun ideologi. Wacana perempuan direpresentasikan ke dalam Program Pojok Kampung yang dijadikan sebagai presenter berita yang memiliki standar presenter lokal yaitu harus memiliki kemampuan berbahasa Jawa dan memiliki tubuh maupun wajah yang proporsif. Mengingat bahwa para aktor-aktor pembuat berita didominasi oleh laki-laki. Dengan menggunakan metode analisis wacana kritis Norman Fairclough diperoleh tiga kategori berita di Pojok Kampung yaitu bahwa bahwa perempuan dianggap sebagai kaum yang lemah dan laki-laki sebagai kaum yang superior dalam berita kekerasan. Ekploitasi tubuh perempuan dijadikan sebagai komoditas yang sangat menguntungkan bagi media, melihat pembuatan berita dari perspektif laki-laki. Selain itu teks-teks bahasa yang digunakan sebagai konstruksi perempuan pada dunia kerja, walaupun perempuan harus dihadapkan pada pekerjaan di luar rumah. Selain itu, Wacana perempuan tersebut yang menimbulkan bias gender tidak akan terlepas dari kapitalis dan budaya patriaki. Strategi-strategi itu digunakan Pojok Kampung yang menjadi salah satu program berita JTV Surabaya dapat menguntungkan bagi Group Jawa Pos, melihat Jawa Pos Group juga melakukan komodifikasi dan homogenisasi berita. Wacana inilah yang dibangun JTV Surabaya sebagai televisi lokal yang mampu bertahan dan bersaing dengan televisi-televisi nasional.en_US
dc.description.abstractThis research is to reveal about women's discourse in news of Pojok Kampung. Using a regional mask, Pojok Kampung became the flagship program at JTV Surabaya under the banner of Jawa Pos Group. Women's discourse is a battle that involves power and knowledge both in terms of economic, political, cultural, and ideological. Women's discourse is represented in Pojok Kampung program which is used as a news presenter that has a local presenter's standard that must have the ability to speak Javanese and have a proportioned body or face. Given that the news-producing actors are dominated by men. Using Norman Fairclough's critical analytical method, three categories of news in the Pojok Kampung were made that women were regarded as weak and men as superior in the news of violence. The exploitation of women's bodies serves as a very profitable commodity for the media, seeing news making from a male perspective. In addition language texts are used as construction of women in the world of work, although women should be faced with work outside the home. In addition, the discourse of women who cause gender bias will not be separated from the capitalist and patriaki culture. Those strategies are used Pojok Kampung which became one of the JTV Surabaya news program can be profitable for Jawa Pos Group, see Jawa Pos Group also do commodification and homogenization news. This discourse is built JTV Surabaya as a local television that can survive and compete with national television.en_US
dc.publisherFAKULTAS ILMU POLITIK DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectWomen Discourse, Gender, Local News Wacana perempuan, Gender, Berita Lokalen_US
dc.titleWACANA PEREMPUAN DI BERITA POJOK KAMPUNGen_US
dc.title.alternativeAnalisis Wacana Kritis Pemberitaan Perempuan di Televisi Lokal Pada Program Berita Pojok Kampung JTV Surabayaen_US
dc.typeThesis SKR FISIP 231en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record