dc.contributor.author | PERMATASARI, ANNISA INDAH | |
dc.date.accessioned | 2018-08-20T03:52:10Z | |
dc.date.available | 2018-08-20T03:52:10Z | |
dc.date.issued | 2018-05-11 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/20670 | |
dc.description | MOTIVASI PETANI DALAM MEMPERTAHANKAN TANAMAN KAKAO DI DESA BANJAROYA KECAMATAN KALIBAWANG KABUPATEN KULON PROGO. 2018. ANNISA INDAH PERMATASARI (Skripsi dibimbing oleh ENI ISTIYANTI & SUTRISNO). Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi untuk tanaman kakao. Terdapat tiga desa kakao di DIY, yaitu dua desa di Kecamatan Patuk, Gunungkidul yaitu Desa Putat dan DePsa Bobung dan satu desa di Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo yaitu Desa Banjaroya. Kakao yang berada di Desa Banjaroya kini usianya sudah mencapai 28 tahun, sehingga menyebabkan produksinya menurun. Walaupun para petani mengatakan bahwa budidaya kakao kini kurang menguntungkan, namun para petani kakao di Banjaroya tetap mengelola lahan kakaonya dengan baik, bahkan petani sudah mulai melakukan peremajaan kembali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi petani dalam mempertahankan tanaman kakao dan mengetahui faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan motivasi petani dalam mempertahankan tanaman kakao di Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo.Data dikumpulkan dengan menggunakan gabungan antara teknik observasi dan juga teknik wawancara dengan jumlah responden 34 petani. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis skoring dan Rank Spearman. Hasil penelitian ini diketahui bahwa motivasi petani dalam mempertahankan tanaman kakao di Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo berdasarkan teori ERG tergolong dalam kategori sedang dan hanya terdapat tiga faktor yang memiliki hubungan dengan motivasi petani dalam mempertahankan tanaman kakao di Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo yaitu luas lahan, hasil penjualan, dan jumlah tanggungan. | en_US |
dc.description.abstract | Daerah Istimewa Yogyakarta has potential for cocoa crops. There are three cocoa villages in Yogyakarta, two villages in Patuk, Gunungkidul, Putat and Bobung villages, and one village in Kalibawang sub district, Kulon Progo, named Banjaroya. The cocoa in Banjaroya village is now 28 years old, causing its production to decline. Although farmers said that cocoa cultivation now is less profitable, cocoa farmers in Banjaroya still manage their cocoa farms well, even farmers have started to rejuvenate. The objective of this research is to knowing the farmer's motivation for maintaining cocoa plant in Banjaroya Village, Kalibawang District, Kulon Progo Regency and to know factors that have relationship with farmer's motivation in maintaining cocoa plant in Banjaroya Village, Kalibawang District, Kulon Progo Regency. Data were collected using a combination of observation techniques and interview techniques with 34 respondents. Data analysis technique using scoring analysis and Rank Spearman. The result is the farmer's motivation in maintaining cocoa plants in Banjaroya Village Kalibawang District Kulon Progo Regency based on ERG theory that classified as medium category and there are only three factors that influence the farmer's motivation in maintaining cocoa plants in Banjaroya Village Kalibawang District Kulon Progo Regency is the area of land, as well as the number of dependents. | en_US |
dc.publisher | FP UMY | en_US |
dc.subject | Motivation of farmer, ERG, Cocoa. Motivasi petani, ERG, Kakao | en_US |
dc.title | MOTIVASI PETANI DALAM MEMPERTAHANKAN TANAMAN KAKAO DI DESA BANJAROYA KECAMATAN KALIBAWANG KABUPATEN KULON PROGO | en_US |
dc.type | Thesis
SKR
F P
057 | en_US |