Show simple item record

dc.contributor.advisorIMAM, MARSUDI
dc.contributor.authorJANNAH, FRISKA MIFTAHUL
dc.date.accessioned2018-08-28T05:56:35Z
dc.date.available2018-08-28T05:56:35Z
dc.date.issued2018-05-14
dc.identifier.urihttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/20887
dc.descriptionPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlaq dalam konsep tabarruj menurut Sayyid Sabiq jika dilihat dari perspektif bayani dan burhani. Permasalahan mengenai wanita yang dihadapi sekarang ini adalah semakin menggejalanya perilaku tabarruj. Kesadaran akan wajibnya seorang muslimah untuk berbusana syar’i masih terbilang cukup minim. Banyak di antara para wanita yang masih memperlihatkan auratnya di depan umum, berbusana ketat, tipis dan transparan, sehingga menampakkan lekukan-lekukan tubuhnya. Selain itu, banyak anggapan bahwa pakaian tidak hanya sebagai penutup aurat saja, tetapi juga sebagai perhiasan dan mode yang banyak diminati oleh para wanita, tentu hal tersebut termasuk perilaku tabarruj yang lebih modern. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dokumentasi, karena dalam penguraian masalah, hanya menyajikan objek alamiah tanpa memanipulasi objek tersebut. Dilihat dari segi cara, penelitian ini termasuk penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang menggunakan buku-buku sebagai sumber data utamanya. Hasil dari pembahasan ini menunjukkan bahwa sikap atau perilaku tabarruj merupakan perbuatan yang dilarang dan telah disepakati keharamannya oleh para ulama. Sikap tabarruj merupakan sikap yang dimiliki oleh para wanita Islam di zaman jahiliyah. Untuk menghindari sikap tabarruj, Allah memerintahkan umat-Nya untuk senantiasa menjaga perhiasannya, agar terhindar dari fitnah yang dapat memadharatkan dirinya. Dalam perspektif bayani, dalil yang menggambarkan tentang konsep tabarruj di dalam al-Qur’an sudah jelas terbukti kemutawatirannya, tetapi masih diperlukan adanya penjelasan mengenai sebab turunnya dalil-dalil tersebut. Dalil tentang tabarruj yang terdapat di dalam hadis-hadis nabi juga terbukti shahih. Setelah melalui proses i’tibar dan takhrij terhadap hadis-hadis tentang tabarruj, tidak terjadi inqitha' (keterputusan) antara satu thabaqah (tingkatan) generasi ke generasi lainnya, masingmasing di antara mereka hidup semasa (mu'asharah) dan bertemu secara langsung, serta terbukti memiliki hubungan guru dan murid antara masing-masing rawi. Adapun dalam perspektif burhani, mereka yang berperilaku tabarruj akan menjadikan kemolekan tubuh sebagai komoditi finansial. Hal yang lebih miris dan memprihatinkan adalah virus tabarruj yang telah merambah di kalangan para remaja putri yang selalu mengidolakan artis-artis pujaannya. Mereka terus berlomba dan bersaing untuk mengikuti gaya artis-artis idola mereka dengan ber-tabarruj. Akhirnya, mereka secara sadar maupun tidak sadar telah menjadi korban tabarruj artis idolanya. Dilihat dari aspek sosiologi, alasan seseorang dalam mengenakan busana muslimah terbagi menjadi tiga golongan. Golongan pertama yaitu orang yang mengenakan busana muslimah karena benar-benar murni memenuhi panggilan iman untuk menjalankan kewajibannya menutup aurat. Kedua, orang yang mengenakan busana muslimah lantaran tertarik dengan model-model busana muslimah yang ada saat ini dan menganggap bahwa busana muslimah itu hanya sebagai fashion, bukan sebuah kewajiban. Ketiga, orang yang mengenakan busana muslimah dalam rangka menjalankan kewajibannya menutup aurat, tetapi ia masih mengikuti trend fashion yang berkembang saat ini, sehingga ia tidak terlepas dari perilaku tabarruj.en_US
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlaq dalam konsep tabarruj menurut Sayyid Sabiq jika dilihat dari perspektif bayani dan burhani. Permasalahan mengenai wanita yang dihadapi sekarang ini adalah semakin menggejalanya perilaku tabarruj. Kesadaran akan wajibnya seorang muslimah untuk berbusana syar’i masih terbilang cukup minim. Banyak di antara para wanita yang masih memperlihatkan auratnya di depan umum, berbusana ketat, tipis dan transparan, sehingga menampakkan lekukan-lekukan tubuhnya. Selain itu, banyak anggapan bahwa pakaian tidak hanya sebagai penutup aurat saja, tetapi juga sebagai perhiasan dan mode yang banyak diminati oleh para wanita, tentu hal tersebut termasuk perilaku tabarruj yang lebih modern. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dokumentasi, karena dalam penguraian masalah, hanya menyajikan objek alamiah tanpa memanipulasi objek tersebut. Dilihat dari segi cara, penelitian ini termasuk penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang menggunakan buku-buku sebagai sumber data utamanya. Hasil dari pembahasan ini menunjukkan bahwa sikap atau perilaku tabarruj merupakan perbuatan yang dilarang dan telah disepakati keharamannya oleh para ulama. Sikap tabarruj merupakan sikap yang dimiliki oleh para wanita Islam di zaman jahiliyah. Untuk menghindari sikap tabarruj, Allah memerintahkan umat-Nya untuk senantiasa menjaga perhiasannya, agar terhindar dari fitnah yang dapat memadharatkan dirinya. Dalam perspektif bayani, dalil yang menggambarkan tentang konsep tabarruj di dalam al-Qur’an sudah jelas terbukti kemutawatirannya, tetapi masih diperlukan adanya penjelasan mengenai sebab turunnya dalil-dalil tersebut. Dalil tentang tabarruj yang terdapat di dalam hadis-hadis nabi juga terbukti shahih. Setelah melalui proses i’tibar dan takhrij terhadap hadis-hadis tentang tabarruj, tidak terjadi inqitha' (keterputusan) antara satu thabaqah (tingkatan) generasi ke generasi lainnya, masingmasing di antara mereka hidup semasa (mu'asharah) dan bertemu secara langsung, serta terbukti memiliki hubungan guru dan murid antara masing-masing rawi. Adapun dalam perspektif burhani, mereka yang berperilaku tabarruj akan menjadikan kemolekan tubuh sebagai komoditi finansial. Hal yang lebih miris dan memprihatinkan adalah virus tabarruj yang telah merambah di kalangan para remaja putri yang selalu mengidolakan artis-artis pujaannya. Mereka terus berlomba dan bersaing untuk mengikuti gaya artis-artis idola mereka dengan ber-tabarruj. Akhirnya, mereka secara sadar maupun tidak sadar telah menjadi korban tabarruj artis idolanya. Dilihat dari aspek sosiologi, alasan seseorang dalam mengenakan busana muslimah terbagi menjadi tiga golongan. Golongan pertama yaitu orang yang mengenakan busana muslimah karena benar-benar murni memenuhi panggilan iman untuk menjalankan kewajibannya menutup aurat. Kedua, orang yang mengenakan busana muslimah lantaran tertarik dengan model-model busana muslimah yang ada saat ini dan menganggap bahwa busana muslimah itu hanya sebagai fashion, bukan sebuah kewajiban. Ketiga, orang yang mengenakan busana muslimah dalam rangka menjalankan kewajibannya menutup aurat, tetapi ia masih mengikuti trend fashion yang berkembang saat ini, sehingga ia tidak terlepas dari perilaku tabarruj.en_US
dc.publisherFAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI EKONOMI SYARIAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTAen_US
dc.subjectnilai, pendidikan akhlaq, tabarruj, Sayyid Sabiq, pendekatan bayani dan burhanien_US
dc.titleNILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAQ DALAM KONSEP TABARRUJ MENURUT SAYYID SABIQ (PENDEKATAN BAYANI DAN BURHANI)en_US
dc.typeThesis SKR FAI 024en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record