NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAQ DALAM KONSEP TABARRUJ MENURUT SAYYID SABIQ (PENDEKATAN BAYANI DAN BURHANI)
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlaq dalam konsep
tabarruj menurut Sayyid Sabiq jika dilihat dari perspektif bayani dan burhani. Permasalahan
mengenai wanita yang dihadapi sekarang ini adalah semakin menggejalanya perilaku tabarruj.
Kesadaran akan wajibnya seorang muslimah untuk berbusana syar’i masih terbilang cukup minim.
Banyak di antara para wanita yang masih memperlihatkan auratnya di depan umum, berbusana
ketat, tipis dan transparan, sehingga menampakkan lekukan-lekukan tubuhnya. Selain itu, banyak
anggapan bahwa pakaian tidak hanya sebagai penutup aurat saja, tetapi juga sebagai perhiasan dan
mode yang banyak diminati oleh para wanita, tentu hal tersebut termasuk perilaku tabarruj yang
lebih modern.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dokumentasi, karena dalam penguraian
masalah, hanya menyajikan objek alamiah tanpa memanipulasi objek tersebut. Dilihat dari segi
cara, penelitian ini termasuk penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang
menggunakan buku-buku sebagai sumber data utamanya.
Hasil dari pembahasan ini menunjukkan bahwa sikap atau perilaku tabarruj merupakan
perbuatan yang dilarang dan telah disepakati keharamannya oleh para ulama. Sikap tabarruj
merupakan sikap yang dimiliki oleh para wanita Islam di zaman jahiliyah. Untuk menghindari
sikap tabarruj, Allah memerintahkan umat-Nya untuk senantiasa menjaga perhiasannya, agar
terhindar dari fitnah yang dapat memadharatkan dirinya. Dalam perspektif bayani, dalil yang
menggambarkan tentang konsep tabarruj di dalam al-Qur’an sudah jelas terbukti
kemutawatirannya, tetapi masih diperlukan adanya penjelasan mengenai sebab turunnya dalil-dalil
tersebut. Dalil tentang tabarruj yang terdapat di dalam hadis-hadis nabi juga terbukti shahih.
Setelah melalui proses i’tibar dan takhrij terhadap hadis-hadis tentang tabarruj, tidak terjadi
inqitha' (keterputusan) antara satu thabaqah (tingkatan) generasi ke generasi lainnya, masingmasing
di antara mereka hidup semasa (mu'asharah) dan bertemu secara langsung, serta terbukti
memiliki hubungan guru dan murid antara masing-masing rawi. Adapun dalam perspektif burhani,
mereka yang berperilaku tabarruj akan menjadikan kemolekan tubuh sebagai komoditi finansial.
Hal yang lebih miris dan memprihatinkan adalah virus tabarruj yang telah merambah di kalangan
para remaja putri yang selalu mengidolakan artis-artis pujaannya. Mereka terus berlomba dan
bersaing untuk mengikuti gaya artis-artis idola mereka dengan ber-tabarruj. Akhirnya, mereka
secara sadar maupun tidak sadar telah menjadi korban tabarruj artis idolanya. Dilihat dari aspek
sosiologi, alasan seseorang dalam mengenakan busana muslimah terbagi menjadi tiga golongan.
Golongan pertama yaitu orang yang mengenakan busana muslimah karena benar-benar murni
memenuhi panggilan iman untuk menjalankan kewajibannya menutup aurat. Kedua, orang yang
mengenakan busana muslimah lantaran tertarik dengan model-model busana muslimah yang ada
saat ini dan menganggap bahwa busana muslimah itu hanya sebagai fashion, bukan sebuah
kewajiban. Ketiga, orang yang mengenakan busana muslimah dalam rangka menjalankan
kewajibannya menutup aurat, tetapi ia masih mengikuti trend fashion yang berkembang saat ini,
sehingga ia tidak terlepas dari perilaku tabarruj.