dc.contributor.advisor | | |
dc.contributor.author | PRIHANDINI, FADILA | |
dc.date.accessioned | 2018-09-06T03:59:18Z | |
dc.date.available | 2018-09-06T03:59:18Z | |
dc.date.issued | 2018-08-21 | |
dc.identifier.uri | http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/21077 | |
dc.description | Konflik yang terjadi antara militer Myanmar dengan pengungsi Rohingnya kembali berulang, Krisis Kemanusiaan Rohingnya yang bermula di Tahun 2012 kembali terjadi di tahun 2017, pasca serangan kelompok militan Arakan Rohingnya Salvation Army (ARSA) menyerang pos penjagaan militer Myanmar pada 25 Agustus 2017. Konflik ini menyebabkan gelombang pengungsi Rohingnya yang besar dari Rakhine, Myanmar menuju Banglades. Peristiwa ini menjadi sorotan media internasional, tidak terkecuali media di Indonesia yang memberitakan secara intens, yakni diantaranya Kompas dan Republika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan bingkai pemberitaan Kompas dan Republika dalam memberitakan pengungsi Rohingnya dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi perbedaan tersebut. Kerangka teori pada peneiltian ini meliputi paradigma konstruksionisme, berita dan jurnalisme, framing pemberitaan, pers cetak dalam berita dan faktor-faktor pembeda bingkai pemberitaan. Data penelitian adalah berita mengenai krisis kemanusiaan Rohingnya pada Surat Kabar Harian Kompas dan Republika edisi 4 sampai dengan 12 September 2017. Data dikumpulkan melalui teknik dokumentasi dan dianalisis dengan teknik analisis model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosciki.
Penelitian ini menghasilkan perbedaan bingkai pemberitaan antar kedua media cetak. Kompas melihat permasalahan pengungsi Rohingnya sebagai masalah kemanusiaan internasional. Sementara Republika melihat permasalahan pengungsi Rohingnya sebagai masalah umat Islam. Berikutnya perbedaan bingkai pemberitaan, dipengaruhi oleh dua faktor, yakni level ekstra media yang meliputi narasumber dan pemerintah, serta level organisasi yang meliputi orientasi organisasi dan orientasi penyuplai. | en_US |
dc.description.abstract | The conflict between the Myanmar military and Rohingya refugees is repeated. The Rohingya Humanitarian crisis which began in 2012 again occurred in 2017, after the attack by the Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) militant group attacked Myanmar's military guard post on August 25, 2017. This conflict caused a lot of Rohingya refugees from Rakhine, Myanmar to Bangladesh. This phenomenon became the focus of international media, including the media in Indonesia which reported intensely; among others are Kompas and Republika. The aims of this study are to find out the frame differences of reporting between Kompas and Republika in reporting Rohingya refugees and what factors influence these differences. The theoretical framework in this study includes the constructionist paradigm, news and journalism, news framing, the print press in the news and the news frame differentiating factors. The research data is news about Rohingya's humanitarian crisis in the Kompas and Republika Daily Newspapers 4th to 12th edition on September 2017. Data was collected through documentation techniques and analyzed by analysis techniques of Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki models.
This study produced reporting frame differences between the two print media. Kompas sees the problem of Rohingya refugees as an international humanitarian problem. Meanwhile, Republika sees the problem of Rohingya refugees as a problem of Muslims. Further, the difference in the reporting frame is influenced by two factors. Those are the extra media level which includes the interviewees and the government, and the level of the organization which includes organizational supplier orientation. | en_US |
dc.publisher | FISIP UMY | en_US |
dc.subject | Constructsionist, Reporting Frame, Framing, Rohing Refugees. Konstruksionisme, Bingkai Pemberitaan, Framing, Pengungsi Rohingnya | en_US |
dc.title | BINGKAI PEMBERITAAN HARIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA EDISI 4 SAMPAI DENGAN 12 SEPTEMBER 2017 MENGENAI PENGUNGSI ROHINGNYA | en_US |
dc.type | Thesis
SKR
FISIP
618 | en_US |