DAMPAK BRITAIN EXIT (BREXIT) TERHADAP PERKEMBANGAN EUROSCEPTICISM DI UNI EROPA PADA TAHUN 2016-2018
Abstract
Sejak Inggris melakukan referendum pada tahun 2016, Euroscepticism kembali populer di kawasan eropa. Partai Konservatif yang pada saat itu dipimpin oleh David Cameron melakukan kampanye dengan janji melaksanakan referendum keanggotaannya di Uni Eropa dan menekan angka imigrasi untuk masuk kenegara Inggris. Partai Konservatif memiliki pemahaman anti-eropa, anti-imigrasi dan masuk kategori sebagai sayap kanan. Oleh sebab itu, keberhasilan yang dimiliki oleh Inggris memancing hasrat kelompok-kelompok Eurosceptic yang ada di kawasan eropa untuk melakukan hal yang sama pada negaranya. Akibat dari popularitas Eurosceptic yang meningkat di eropa, kini stabilitas Uni Eropa terganggu. Pasca referendum Inggris, partai-partai yang satu aliran dengan Partai Konservatif menyuarakan anti-eropa dan anti-imigrasi. Hal ini akan mengancam masa depan integrasi eropa karena perkembangan Euroscepticism yang semakin meningkat. Sehingga pasca Brexit, negara-negara anggota Uni Eropa melihat sebuah adanya ancaman serius mengenai integrasi mereka. Kini Uni Eropa di bayang-bayangi oleh isu Euroscepticism dan memancing partai-partai politik untuk menyuarakan anti-imigran, anti-zona euro, anti-semetic dan anti-eropa. Kebijakan dan proyeksi yang diatur oleh institusi Uni Eropa mengarahkan pada sebuah stagnasi terhadap masa depan negara-negara anggota Uni Eropa. Perkembangan kelompok ini diperkuat dengan membentuk koalisi parlemen Uni Eropa untuk megintervensi kebijakan yang diatur oleh institusi Uni Eropa dan mempertahakan pemahaman Euroscepticism.