IMPLEMENTASI POLITIK LUAR NEGERI FEMINIS SWEDIA TAHUN 2014 - 2017
Abstract
Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan implementasi politik
luar negeri feminis Swedia tahun 2014-2017. Isu mengenai
feminisme telah berkembang sejak akhir abad ke-18 yang lalu.
Namun kenyataannya, pada saat ini isu ketidaksetaraan gender
masih banyak terjadi. Berdasarkan data dari Bank Dunia,
sampai saat ini representasi perempuan dalam parlemen
nasional masih sangat rendah, yaitu disekitaran angka 20%. Ini
merupakan angka yang cukup rendah. Padahal, peran
perempuan dalam pembuatan keputusan sangatlah penting,
karena dalam keputusan yang dibuat, ada pula kepentingan
perempuan. Sehingga apabila perempuan tidak dilibatkan
dalam pembuatan keputusan, akan berakibat pada tidak
dimasukkannya pendapat perempuan dalam hasil keputusan
yang dibuat. Swedia sebagai salah satu negara yang cukup
sukses dalam hal kesetaraan gender, yang terbukti dengan
jumlah representasi perempuan dalam parlemennya sejak 1994
selalu diatas 40% dan sekarang mencapai angka 44%. Dengan
representasi perempuan yang cukup seimbang dengan lakilaki,
menghasilkan berbagai kebijakan yang ramah
perempuan. Sehingga menciptakan kondisi yang damai dan
sejahtera bagi penduduknya. Keberhasilan Swedia dalam
ranah domestic ini, dianggap Swedia perlu di terapkan
diseluruh dunia agar pedamaian global dapat tercapai. Untuk
itu, pada Oktober 2014, Kementerian Luar Negeri Swedia
meluncurkan politik luar negeri feminis untuk yang pertama
kalinya dalam sejarah. Dalam menyebarkan ideologi
feminisme tersebut, Swedia menggunakan soft power nya,
karena dirasa lebih efektif dalam mencapai tujuan dari politik
luar negeri. Swedia mendukungpeningkatan partisipasi
perempuan dalam politik di Somalia dan Moldova, dan juga
mendukung badan-badan UE dan PBB dalam mencapai
kesetaraan gender. Selain itu Swedia juga menerapkan gender
marker dalam memberikan bantuan luar negeri. Penelitian ini
menggunakan metodoogi kualitatif yang bersumber dari buku,
jurnal, artikel dan website.