ULU AL-ALBAB DALAM AL-QUR’AN DAN RELEVANSINYA TERHADAP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM (STUDI ATAS TAFSIR RUH AL-MA’ANI FI TAFSIR AL-QUR’AN AL-ADZIM WA SAB’I AL-MASANI KARYA AL-ALUSI SURAT ALI-IMRAN AYAT 190-195 DAN SURAT AZ-ZUMAR AYAT 9, 18 DAN 21)
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penafsiran al-Alūsī dalam kitab tafsir Rūh al-Ma’ānῑ fῑ tafsir al-Qur’ān al-ādzῑm wa sab’i al-masānῑ mengenai ulū al-albāb dalam al-Qur’ān Surat Ali-Imran ayat 190-195, dan Surat Az-Zumar ayat 9, 18 dan 21 yang kemudian direlevansikan dengan tujuan pendidikan Islam. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Teknis analisis data penulis menggunakan metode tafsir mauḍū’ῑ atau metode tematik, yaitu dengan cara mengumpulkan terma-terma ulū al-albāb dalam al-Qur’ān. Setelah itu penulis menelusuri lebih dalam lagi ayat-ayat yang terkumpul dengan menggunakan mu’jām muhfarāṣ. Setelah data terkumpul, penulis mengkaji dengan menggunakan tafsir Rūh al-Ma’ānῑ fῑ tafsir al-Qur’ān al-ādzῑm wa sab’i al-masānῑ karya al-Alūsī.
Hasilnya menunjukkan bahwa penafsiran al-Alūsī mengenai ulū al-albāb pada Surat Ali-Imran ayat 190-195, beliau menjelaskan bahwa yang dimaksud ulū al-albāb pada ayat ini ialah pemilik akal yang murni baik itu laki-laki ataupun perempuan yang tidak dipengaruhi oleh hawa nafsu serta keraguan (wahm) dalam hal menyampaikan kebenaran. Kemudian, dapat pula dipahami dari ayat ini bahwa di dalamnya terdapat ajakan kepada kaum ulū al-albāb untuk bertafakkur akan kekuasaan Allah swt. baik itu yang nampak maupun yang tersembunyi. Sedangkan pada Surat Az-Zumar ayat 9, 18 dan 21 beliau menafsirkan ulū al-albāb sosok yang memiliki akal yang selamat (bebas) dari pertentangan wahm dan perdebatan hawa nafsu, yang berhak memperoleh hidayah dari Allah swt., dan juga pemilik akal yang sehat yang bebas dari kecacatan, dan juga ayat ini merupakan peringatan bagi mereka mengenai hakekat keadaan dunia yang tidak akan kekal selamanya. Kemudian, relevansi antara ulū al-albāb menurut al-Alūsī terhadap tujuan pendidikan Islam dalam Surat Ali-Imran ayat 190-195 dan Surat Az-Zumar ayat 9, 18 dan 21 adalah sebagai berikut: orang yang senantiasa berdzikir kepada Allah swt. dimanapun dan kapanpun serta dalam kondisi apapun, orang senantiasa meng-Esakan Allah swt. dengan cara memikirkan ciptaan-Nya secara bersungguh-sungguh dan berusaha untuk mendalaminya. Kemudian, orang yang memiliki kesadaran yang tinggi akan kehadiran Allah swt. juga disertai dengan kemampuan menggunakan potensi qalb (hati) untuk berdzikir, potensi ‘aql (akal) yang digunakan untuk berpikir akan keagungan Allah swt., dalam rangka proses menuju insan kamil orang yang mampu memprioritaskan kualitas hidup baik itu dalam keyakinan, baik itu dari ucapan maupun perbuatan.